GELORA.CO - EKONOM dari Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi, menilai bahwa pertanyaan yang dilontarkan calon wakil presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka kepada cawapres lain berada di level manager bukan di level presiden. Hal itu diungkapkan Fithra menanggapi jalannya debat cawapres secara keseluruhan, pada Jumat (22/12).
“Pertanyaan Gibran dalam konteks etika tidak pas, yang ditanya terlalu teknis, itu di level manajer bukan presiden. Sisi teknis middle manager, kalau gak tahu itu panggil menterinya. Ini Gibran cocoknya middle manager,” tutur Fithra kepada Media Indonesia, Jumat (22/12).
Äpa yang disampaikan Gibran, kata Fithra terlalu tinggi. Bahkan, Fithra mengemukakan sepuluh ekonom cuma satu ekonom yang tahu soal SGIE.
Ini yang kalau saya lihat ia unggul, saya sebagai ekonom untuk performance dia, tapi tak ada brand yang kuat,” ungkapnya.
Fithra menyebut secara branding, cawapres nomor urut satu Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut tiga Mahfud MD lebih unggul ketimbang Gibran. Pasalnya, slepetnomics menjadi salah satu upaya pasangan Anies-Muhaimin menyelesaikan masalah perekonomian.
“Dalam konteks itu, nomor 2 apa yang mau dimajukan, karena sebenarnya nomor 2 punya program makan siang gratis itu justru tidak disampaikan secara dominan malah sedikit saja, Ketika ia bicara stunting, itu dari dokumen visi misi itu justru gak ada target pravelansi stunting, di satu ada persen, justru di nomor-nomor gak ada pravelansi stunting,” tegasnya.
Bahkan, sebagai dosen, Fithra menyayangkan sikap Gibran yang menjatuhkan Cak Imin dan Mahfud MD dengan pertanyaan yang kurang jelas.
“Sebagai dosen saya melihat kok ga pantas anak muda menjatuhkan orang tua, dua-duanya dijatuhkan, kesannya dites. Kalau mau tanya, tanya aja secara jelas. Pak Mahfud bertanya secara jelas, Gus Imin bertanya jelas,” tuturnya.
Sumber: mediaindonesia.