Waspadai Bahaya Konflik Horizontal TNI-Polri Jelang Tahun Politik, Rocky Gerung Ingatkan Hal Ini

Waspadai Bahaya Konflik Horizontal TNI-Polri Jelang Tahun Politik, Rocky Gerung Ingatkan Hal Ini

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pengamat Politik Rocky Gerung menanggapi konflik horizontal antara TNI dan Polri yang perlu diwaspadai jelang tahun politik Pemilu 2024.

Persoalan potensi konflik horizontal tersebut disingging oleh Jurnalis senior Hersubeno Arief yang mencontohkan peristiwa penyerangan Polres Jeneponto.

Selain penyerangan Polres Jeneponto, Hersubeno juga menambahkan satu lagi peristiwa serupa yang telah terjadi lebih dulu di Nusa Tenggara Timur (NTT). Rumornya, kejadian-kejadian tersebut berdasar pada narasi yang berkembang sengaja direkayasa oleh kepolisian.

Menanggapi fenomena tersebut, Rocky mengingatkan kembali soal prinsip dua institusi negara tersebut, dimulai dari polisi.

Ia menegaskan bahwa polisi merupakan sipil yang dipersenjatai karena harus menjalankan tugas yaitu mengatasi ketertiban sosial.

“Jadi bukan senjatanya yang duluan, tapi dia adalah orang sipil yang dipersenjatai. Orang sipil yang kemudian diberi tambahan senjata, karena harus mengatasi ketertiban sosial,” ujar Rocky, dikutip WE NewsWorthy dari kanal YouTube pribadi pada Minggu (30/4/2023).

Sementara itu, prinsip TNI yaitu senjata dan tentara yang melekat dalam diri mereka. Di sisi lain, polisi lebih persuasif. “Polisi nggak begitu, polisi persuasif. Baru diizinkan untuk menggunakan alat-alat kekerasan,” ujar Rocky.

Oleh karena itu, ketika terjadi ketegangan seperti yang terjadi di NTT dan Jeneponto, justru menunjukkan bahwa kepolisian tidak cukup menghayati etik kepolisian.

“Jadi kalau terjadi ketegangan seperti yang kemarin, itu menunjukkan etik kepolisian tidak cukup dihayati oleh mereka yang ada di lapangan,” ujar Rocky.

Sebelumnya diberitakan Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen Totok Imam Santoso belum bisa memberikan kesimpulan terkait pelaku penyerangan yang ada di Mapolres Jeneponto.

Menurut Totok, terjadi kesalahpahaman antara 2 oknum TNI dan 1 polisi sebelum insiden penyerangan terjadi. Kesalahpahaman itu melibatkan dua oknum TNI yang sedang cuti ke Jeneponto yakni masing-masing dari Kodam V/Brawijaya dan Kodam XIII/Merdeka.

Sumber: newsworthy
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita