Cak Nur dan Babe Saidi, Pembaharuan di Balik Pertengkaran

Cak Nur dan Babe Saidi, Pembaharuan di Balik Pertengkaran

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


OLEH: MOCH EKSAN*
SAYA menikmati pertengkaran intelektual antara Nurcholish Madjid dengan Ridwan Saidi. Keduanya senior junior di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Cak Nur pernah menjadi Ketua Umum PBHMI (1966-1971), sedang Babe Saidi juga sama, pernah menjadi Ketua Umum PBHMI (1974-1976).

Cak Nur lebih senior dari sisi usia dengan Babe Saidi. Keduanya selisih 3 tahun. Cak Nur lahir di Jombang, 17 Maret 1939. Kemudian Babe Saidi lahir Jakarta, 2 Juli 1942.





Cak Nur besar dalam pergulatan pemikiran Islam. Dan, Babe Saidi besar dalam perjuangan partai Islam. Keduanya pernah menghuni Gedung Senayan. Perbedaannya. Babe Saidi lebih awal menjadi anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (1977-1987). Cak Nur lebih belakang menjadi anggota MPR (1987-1997).

Ternyata, kedua tokoh yang sering berseberangan ini sama-sama 10 tahun berkantor di Komplek DPR/MPR, Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta 10270.

Cak Nur dan Babe Saidi adalah intelektual muslim yang meninggalkan karya tulis yang berpengaruh terhadap peta intelektualisme Indonesia.

Cak Nur mewariskan 14 judul buku. Antara lain:

1. The issue of modernization among Muslim in Indonesia, a participant point of view dalam Gloria Davies, ed. What is Modern Indonesia Culture (Athens, Ohio, Ohio University, 1978).

2. “Islam In Indonesia: Challenges and Opportunities” dalam Cyriac K. Pullabilly, Ed. Islam in Modern World (Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982).

3. "Islam Di Indonesia: Tantangan dan Peluang” dalam Cyriac K. Pullapilly, Edisi, Islam dalam Dunia Modern (Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982).

4. Khazanah Intelektual Islam (Jakarta, Bulan Bintang, 1982).

5. Islam, Kemoderanan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1987).

6. Islam, Doktrin dan Peradaban, (Jakarta, Paramadina, 1992).

7. Islam, Kerakyatan dan KeIndonesiaan, (Bandung: Mizan, 1993).

8. Pintu-pintu menuju Tuhan, (Jakarta, Paramadina, 1994).

9. Islam, Agama Kemanusiaan, (Jakarta, Paramadina, 1995).

10. Islam, Agama Peradaban, (Jakarta, Paramadina, 1995).

11. "In Search of Islamic Roots for Modern Pluralism: The Indonesian Experiences" dalam Mark Woodward ed., Toward a new Paradigm, Recent Developments in Indonesian Islamic Thoughts (Tempe, Arizona: Arizona State University, 1996).

12. Dialog Keterbukaan, (Jakarta, Paramadina, 1997).

13. Cendekiawan dan Religious Masyarakat, (Jakarta: Paramadina, 1999).

14. Pesan-pesan Takwa (kumpulan khutbah Jumat di Paramadina) (Jakarta:Paramadina, 2000).

Sedangkan, Babe Saidi meninggalkan buku cetak dan elektronik sebanyak 21 judul. Antara lain:

1. Golkar Pasca Pemilu 1992 yang terbit pada tahun 1993.

2. Anak Betawi Diburu Intel Yahudi yang diterbitkan pada tahun 1996.

3. Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya yang diterbitkan pada tahun 1997.

4. "Sekitar Tuntutan Rakyat Kembali ke UUD 1945", Orasi Dalam Acara Memorandum Kembali kepada UUD 1945 oleh: Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu yang diterbitkan oleh Indonesia Berhimpun pada tahun 2006.

5. Status Piagam Jakarta: Tinjauan hukum dan sejarah pada tahun 2009.

6. Aku HMI: Narasi Ridwan Saidi, yang diterbitkan pada Yayasan Renaissance tahun 2015.

7. Golok Wa Item: Sejarah Power System Sunda Kelapa yang diterbitkan Yayasan Renaissance pada tahun 2015.

8. Khazanah Tatar Sunda: Tinjauan Historis yang diterbitkan oleh CV. Trinanda pada tahun 2016.

9. Si Manalagi: Narasi Epos Betawi yang diterbitkan oleh Yayasan Renaissance pada tahun 2016.

10. Facta Documenta Jakarta yang diterbitkan oleh Yayasan Renaissance pada tahun 2016.

11. Sejarah Tangerang Selatan yang diterbitkan oleh Yayasan Renaissance pada tahun 2016.

12. Kampungku Kemayoran yang diterbitkan oleh Yayasan Renaissance pada tahun 2017.

13. Palmera: Fakta Kekerabatan Purba Indonesia yang diterbitkan Yayasan Renaissance pada tahun 2017.

14. Langkah Bersejarah Dahlan Abdullah (Wali kota Jakarta 1942-1945 dan Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat 29 Agustus 1945) yang diterbitkan oleh Yayasan Renaissance pada tahun 2018.

15. Rekonstruksi Sejarah Indonesia (2018, ISBN 6027261897).

16. Biografi Politikus dan Budayawan Ridwan Saidi (2018, ISBN 6025133522).

17. Kronologi Kedatangan Islam di Indonesia (2018, ISBN 6025133514).

18. Jakarta dari Majakatera hingga VOC (2019, ISBN 6025133530).

19. Kerajaan Sunda dan Sunda Kelapa, Serta Kemandirian Banten (2019, ISBN 6025133549).

20. Flashback Pancasila, Tinjauan Historis Terbentuknya Nilai-nilai Dasar Bernegara Sejak Era Kerajaan VIII M (2019, ISBN 6025133557).

21. Kedatangan Bangsa Maya Hingga Champa dan Pengaruhnya di Indonesia (2019, ISBN 602513359).

Cak Nur dan Babe Saidi punya minat studi spesifik. Ini tentu sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Cak Nur konsisten di jalur pemikiran Islam, selaku alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lalu, Babe Saidi di ilmu sosial dan politik, sebagai alumni FISIP UI.

Berbagai khazanah intelektual yang dihasilkan di atas, mengkonfirmasi latar belakang pendidikan dua kader andalan HMI. Dan yang menarik, doktrin "pencipta" dari lima kreteria insan cita HMI, nampak jelas sebagai pembaharu pada jalur masing-masing.

Baik Cak Nur maupun Babe Saidi sama-sama punya rekam jejak rekonstruksi terhadap khazanah keilmuan yang menimbulkan kontroversi. Sebab, pembacaan ulang terhadap khazanah Islam melahirkan sudut pandangan baru yang pro kontra antara modernisme dan tradisionalisme.

Pun Babe Saidi melakukan pembacaan ulang terhadap sejarah kerajaan Nusantara melahirkan temuan baru yang pro kontra antara konstruksi sejarah baru dan lama dari para ahli.

Jargon Islam Yes, Partai Islam No dari Cak Nur, juga narasi Banyak Kerajaan Fiktif di Indonesia dari Babe Saidi, telah menyulut kontroversi di tengah-tengah masyarakat luas. Bahkan, menimbulkan aksi massa yang menolak pandangan sang pembaharu tersebut.

Barang tentu, dua tokoh ini sangat menyadari, kontroversi dan aksi massa adalah resiko dari pembaharuan pemikiran dimanapun di seluruh belahan dunia. Bahkan, sejarah menyuguhkan cerita kekerasan fisik yang berujung ajal bagi manusia pembaharu. Cak Nur dan Babe Saidi berkesediaan hati mengambil resiko perjuangan dari politik gagasan yang dilakukannya.

Kini, dua tokoh panutan telah sama-sama tiada. Cak Nur lebih dahulu meninggal pada 29 Agustus 2005 dalam usia 66 tahun. Babe Saidi wafat lebih akhir pada 25 Desember 2022 dalam usia 80 tahun.

Kita para kadernya akan meneruskan pertengkaran intelektual keduanya. Sembari berdoa, semoga para abangda diberikan tempat yang terbaik di sisiNya. Selamat jalan Babe Saidi! Sampaikan salam kepada Cak Nur!

*(Penulis adalah Pendiri Eksan Institute)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita