GELORA.CO - Sebuah video di media sosial memperlihatkan salah satu pendukung Arema FC di Stadion Kanjuruhan meminta baik-baik kepada polisi untuk tidak menggunakan gas air mata ke tribun yang banyak anak kecil dan perempuan. Namun, permintaan tersebut direspons kurang baik dari polisi tersebut, malahan ia dibentak dan dipukul. Video tersebut viral di media sosial.
Aksi itu terjadi pada saat laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu 1 Oktober 2022.
Laga tersebut dimenangkan oleh Persebaya dan ternyata hasil itu membuat Aremania kecewa sampai ada yang masuk ke dalam lapangan. Hingga akhirnya berujung kericuhan yang menyebabkan ratusan suporter tewas.
Petisi permintaan penghentian penggunaan gas air mata oleh polisi muncul selepas tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Kelompok yang menamakan diri Blok Politik Pelajar membuat sebuah petisi di laman Change.org meminta agar polisi berhenti menggunakan gas air mata. Petisi itu diberi judul "Kepolisian Harus Stop Penggunaan Gas Air Mata!"
"Memulai petisi ini kepada Listyo Sigit Prabowo (Kepala Kepolisian Republik Indonesia)," tulis Blok Politik Pelajar dalam situs change.org dilansir, Selasa (4/10/2022)
Hingga hari ini, petisi tersebut telah ditandatangi 38.700 dengan target 50 ribu tandatangan.
Sebelumnya, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta menyebut pihaknya terpaksa menembakkan gas air mata ke arah penonton karena massa yang sudah tidak terkendali. Massa Aremania langsung merangsek masuk dan mengejar pemain Arema FC dan petugas keamanan.
"Hanya sebagian yaitu sekitar 3 ribuan yang masuk turun ke tengah lapangan. Sedangkan yang lainnya tetap mereka yang di atas," ucap Irjen Pol Nico Afinta di Mapolres Malang, beberapa waktu lalu.
Pihaknya berdalih gas air mata hanya diarahkan ke massa yang berusaha masuk ke lapangan. Tapi kepanikan justru terjadi juga kepada mereka yang masih berada di tribun untuk mencari jalur keluar karena pedihnya gas air mata.
Sumber: okezone