24 Tahun Reformasi, Syahganda Nainggolan: Gerakan Rakyat Melawan Islamophobia dan Oligarki

24 Tahun Reformasi, Syahganda Nainggolan: Gerakan Rakyat Melawan Islamophobia dan Oligarki

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Tokoh aktivis Mahasiswa ITB yang pernah dipenjara rezim, Syahganda Nainggolan, menyebutkan pemulihan sistem demokrasi dengan melawan dominasi oligarki dalam tatatan politik harus selesai tahun ini.

Demikian pula terkait perlawanan terhadap bentuk-bentuk Islamophobia melalui gerakan mahasiswa beserta unsur lain di Tanah Air.

Hal tersebut disampaikan Syahganda Nainggolan dalam diskusi refleksi 24 tahun Reformasi, Menarik Benang Merah Gerakan Mahasiswa dari Masa ke Masa: Perlawanan Terhadap Oligarki yang diselenggarakan Masika-ICMI di Jakarta, Kamis (12/5/2022) malam.

Baca juga: Aktivis lintas generasi sepakat perangi oligarki, Syahganda Nainggolan: perlu ditampilkan pemimpin pro-rakyat

Menurut Syahganda, tatanan demokrasi telah dikerdilkan oleh gerakan Islamophobia beserta pemberangusan kebebasan sipil, berbagai pelanggaran HAM, dan 'illiberal democracy'.

Selain itu, kekuasaan juga telah memberikan kedaulatan penuh dan tanpa batas bagi kelompok oligarki yang terdiri dari para pemodal asing.

"Kaum pemilik modal menguasai seluruh tatatan politik nasional, bahkan lebih lagi dalam hal mafia minyak goreng," ujarnya.

Ditambahkan, cita-cita atau semangat reformasi yang mengedepankan demokrasi, superioritas hukum, HAM serta keadilan bagi rakyat jelata malah kian menjauh dan tercoreng dari harapan rakyat.

Baca juga: Soal aksi mahasiswa 11 April, begini kata mantan aktivis 80an

"Bahkan, penangkapan Habib Rizieq dan para ulama serta para aktivis demokrasi, dan pemberangusan hak-hak berekspresi dan  berdemokrasi sudah seperti mimpi di siang bolong yang tak lagi digubris oleh kekuasaan dengan melibatkan berbagai jaringannya," katanya seraya mendesak pembebasan tahanan politik termasuk Habib Rizieq.

Ia menambahkan adanya fakta di tengah kita terkait supremasi kelompok oligarki telah merusak tata kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana menjadi dasar perjuangan untuk kembali pada cita-cita reformasi politik yang diperjuangkan oleh mahasiswa dan seluruh elemen pejuang kerakyatan lain seperti buruh dan berbagai ormas yang tetap setia di jalan perubahan.

Oleh karena itu, menurut Syahganda, semua gerakan mahasiswa, gerakan buruh dan kaum ulama harus bersatu merebut demokrasi, melawan oligarki.

Agenda pemilu ke depan tidak boleh melahirkan sistem demokrasi palsu, di mana rakyat tidak berdaulat," katanya.

Reformasi agraria secara total juga perlu digelorakan guna mendorong keadilan sosial bagi kehidupan seluruh rakyat Indonesia.

Sumber: antara
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita