GELORA.CO - Korea Utara (Korut) mengkonfirmasi bahwa negaranya telah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM).
Pemimpin Kim Jong-un yang memerintahkan uji tersebut, karena ia ingin meningkatkan pertahanan dan mempersiapkan 'konfrontasi' panjang dengan Amerika Serikat (AS).
Laporan itu diungkap oleh media pemerintah KCNA pada Jumat (25/3), menyebut ICBM yang telah diuji adalah yang 'paling besar'. Peluncuran senjata itu, yang merupakan ICBM 'tipe baru', Hwasong-17, dilakukan pada Kamisnya, dan diawasi langsung oleh Kim.
Dalam peluncuran itu, terlihat Kim mengenakan kacamata hitam dan jaket kulit hitam dengan warna senada.
"Pemimpin Kim Jong-un memerintahkan tes tersebut karena meningkatnya ketegangan militer setiap hari di dalam dan sekitar semenanjung Korea dan konfrontasi lama yang tak terhindarkan dengan imperialis AS disertai dengan bahaya perang nuklir," kata KCNA, yang merupakan kantor berita resmi untuk pemerintahan Korut.
Menurut Al Jazeera, peluncuran pada Kamis menjadi uji coba penuh ICBM pertama yang dilakukan Pyongyang sejak 2017. Dan dengan cepat, telah mendapatkan kecaman dari tetangganya, Korea Selatan (Korsel), Jepang, serta AS.
Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres juga telah mengutuk peluncuran tersebut, menyebutnya sebagai 'pelanggaran nyata' terhadap resolusi Dewan Keamanan.
KCNA melaporkan bahwa senjata itu diluncurkan dari Bandara Internasional Pyongyang. Selama uji coba itu, ICBM terbaru Korut melakukan penerbangan selama setidaknya 67 menit, dan jatuh ke Laut Jepang. Dalam penerbangan itu, rudal tersebut dilaporkan mampu dengan ketinggian maksimum hingga 6.248 km dan terbang sejauh 1.090 km.
Diyakini memiliki panjang sekitar 25 meter, Hwasong-17 pertama kali terungkap selama parade militer Oktober 2020. Menurut beberapa perkiraan, itu adalah senjata jarak jauh Korut dengan sistem rudal balistik 'road-mobile' terbesar di dunia. Peluncuran pada Kamis dikonfirmasi menjadi tes penuh pertama.
Militer Korsel memperkirakan jangkauannya sejauh 6.200 kilometer (3.800 mil), lebih jauh dari Hwasong-15 yang merupakan ICBM terakhir yang diuji pada Oktober 2017.
KCNA menyebut tes yang berhasil itu sebagai 'demonstrasi mencolok dari otot militer yang hebat'. Sementara Kim mengatakannya sebagai 'kemenangan ajaib dan tak ternilai oleh rakyat Korea.
"Munculnya senjata strategis baru DPRK akan sekali lagi membuat seluruh dunia dengan jelas menyadari kekuatan angkatan bersenjata strategis kami.
"Setiap pasukan harus dibuat untuk menyadari fakta bahwa mereka harus membayar harga yang sangat mahal sebelum berani mencoba melanggar keamanan negara kita," kata Kim, seperti dikutip dari KCNA.
Sejak awal tahun ini, Korut telah melakukan hampir selusin uji coba rudal. Analisis pun menyebut lantaran Pyongyang ingin memaksa AS menerima Korut sebagai kekuatan nuklir dan menghapus sanksi internasional yang telah melumpuhkan ekonomi bahkan sebelum negara itu menutup perbatasannya karena pandemi virus corona.
Analis mengatakan upaya peluncuran senjata yang sukses mungkin merupakan bagian dari persiapan Pyongyang untuk menandai peringatan 110 tahun kelahiran pendiri Kim Il Sung pada 15 April.
Korut biasanya merayakan hari jadi penting seperti itu dengan uji coba senjata dan parade kekuatan militer.
"Kim Jong Un pada akhirnya ingin memantapkan dirinya sebagai pemimpin yang telah berhasil mengembangkan senjata nuklir dan ICBM.
"Dia hampir putus asa karena tanpa pencapaian militer seperti itu, dia benar-benar belum berbuat banyak," terang Ahn Chan-il, seorang sarjana studi Korut, memberi penjelasan kepada kantor berita AFP.”
Uji coba muncul di masa sulit
Namun, peluncuran terbaru senjata Korut datang pada waktu yang sangat sulit.
Yoon Suk-yeol, presiden konservatif Korsel yang baru terpilih yang telah menjanjikan kebijakan yang lebih kuat terhadap Pyongyang, akan mulai menjabat pada Mei. Sementara perhatian AS, sekutu utama Korea Selatan, difokuskan pada invasi Rusia ke Ukraina.
"Rezim Kim bertekad tidak hanya untuk menyandera Korsel dari ancaman militer yang dapat menghindari pertahanan rudal dan kemampuan serangan pendahuluan Seoul;
"Itu (uji ICBM) bertujuan untuk memperluas jangkauan nuklirnya di tanah Amerika untuk mencegah Washington datang membela sekutu AS tersebut (Korsel).
"Korut sama sekali tidak memulai agresi pada skala invasi Rusia ke Ukraina. Tetapi ambisi Pyongyang juga melebihi pertahanan diri karena ingin membatalkan tatanan keamanan pascaperang di Asia," ungkap Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Universitas Ewha Womans di Seoul, mengatakan dalam sebuah email.
Diperkirakan pada Jumat ini, Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan darurat untuk membahas uji ICBM Korut. Namun, kecaman atau sanksi baru mungkin sulit dicapai di tengah perpecahan atas invasi Rusia ke Ukraina dan hak veto yang dimiliki Rusia.
Kamis malam di AS, Washington mengumumkan sanksi baru sehubungan dengan program senjata terlarang Korut. Adapun sanksi menargetkan dua perusahaan Rusia, seorang warga Rusia dan Korut, serta Biro Urusan Luar Negeri Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Kedua Korut.
"Langkah-langkah ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk menghambat kemampuan DPRK untuk memajukan program misilnya dan langkah ini menyoroti peran negatif Rusia di panggung dunia sebagai proliferator program misil yang menjadi perhatian," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam sebuah pernyataan. []
Sumber: akurat