Erick Thohir Sebut Krakatau Steel Bisa Bangkrut Bulan Ini

Erick Thohir Sebut Krakatau Steel Bisa Bangkrut Bulan Ini

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengungkapkan kemungkinan bangkrutnya PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dalam waktu dekat ini. Kebangkrutan tersebut bisa saja terjadi jika langkah-langkah restrukturisasi yang diambil Kementerian BUMN untuk menyelasaikan masalah Krakatau Steel gagal menemui hasil.

"Untuk Krakatau Steel ini memang ada tiga langkah, problemnya langkah ketiga ini macet. Kemudian ada juga negosiasi dengan POSCO, belum terjadi, tapi memang satunya yang sekarang ini krusial. Kalau ketiga gagal, kedua gagal, dan pertama gagal maka Desember ini (Krakatau Steel) bisa default," kata Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (2/12/2021).

1. Erick ungkap negosiasi ulang antara Krakatau Steel dan POSCO

Satu hal yang sulit dari upaya restrukturisasi Krakatau Steel adalah dengan melakukan renegosiasi dengan POSCO. Sebagai informasi, POSCO merupakan partner atau mitra lama dengan Krakatau Steel dan Erick mengakui hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan.

"Kan selama ini Krakatau Steel partneran dengan POSCO. POSCO ini mayoritas, kita minoritas. Nah kita lagi coba untuk jadi 50-50, sampai sekarang belum ada jawaban dari POSCO, namanya juga usaha," ucap dia.

2. Ada kemungkinan INA suntikkan investasi ke Krakatau Steel

Dalam kesempatan yang sama, Erick juga mengutarakan kemungkinan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority alias INA untuk berinvestasi di Krakatau Steel. Hal itu bisa menjadi solusi untuk menyelamatkan perusahaan pelat merah dengan kode emiten KRAS tersebut dari kebangkrutan.

"Nah ini salah satunya sebenarnya kita mengundang, ini bukan jeruk makan jeruk ya, INA untuk berinvestasi, INA sebenarnya kan kita juga ya untuk investasi sehingga barangnya nggak lari ke luar," kata Erick.

3. Blast furnace biang kerok masalah di Krakatau Steel

Adapun yang menjadi biang kerok permasalahan di KRAS adalah mangkraknya proyek blast furnace senilai 850 juta dolar Amerika Serikat (AS) sejak 2008 silam. Hal tersebut membuat utang yang dimiliki KRAS mencapai 2 miliar dolar AS.

Sejatinya, blast furnace tersebut sempat menemui titik terang ketika ada perusahaan asal China yang hendak mengambil alihnya. Namun, hal tersebut urung terjadi lantaran harga baja yang terus mengalami kenaikan.

"Kemarin sempat ada diskusi dengan partner China. Mereka ingin ambil alih blast furnace ini, tetapi dibetulin total dan mereka tambah duit dengan hitung-hitungan yang baik cuma nggak jadi karena baja lagi naik harganya. Jadi, untuk membangun pabriknya mereka butuh dua kali lipat jadi mereka mundur," kata Erick. [idntimes]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita