Pengamat Intelijen Ungkap Alasan Ustaz Sering Diserang ODGJ: Mereka Mudah Dipengaruhi

Pengamat Intelijen Ungkap Alasan Ustaz Sering Diserang ODGJ: Mereka Mudah Dipengaruhi

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO -  Penyerangan terhadap ustaz beberapa kali terjadi belakangan ini, dan tak jarang si penyerang adalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Contohnya adalah insiden baru-baru ini yang menimpa Ustaz Abu Syahid Chaniago di Masjid Raya Baitusy Syakur, Jodoh, Batam, Kepulauan Riau, Senin (20/9/2021).

Sebelumnya di Tangerang, terjadi pula penyerangan terhadap Ustaz Arman. Ia ditembak usai salat Magrib hingga akhrinya meninggal dunia. Kemudian belum lama ini, Ustaz Jamil dibegal di Bekasi, sampai harus duel dengan 6 begal.

Penyerangan terhadap ustaz pun menuai sorotan publik, apalagi tak sedikit yang kemudian disusul pernyataan bahwa pelaku penyerangan mengalami gangguan jiwa.

Pengamat militer dan intelijen, Fahmi Alfansi Pane mengatakan, dari segi waktu, penyerangan sih tidak berpola, dengan kata lain, dilakukan kapan saja.

Fahmi menganalisis segi lainnya yang patut jadi perhatian, yaitu aspek sasaran, lokasi penyerangan, latar belakang penyerang, alat yang dipakai menyerang, sampai dampak dari serangan.

Dari aspek sasaran, Fahmi melihat cukup banyak korban serangan yang merupakan ustaz baik nasional maupun lokal, seperti pada 13 September 2020 lalu. Mendiang Syekh Ali Jaber ditusuk orang tak dikenal, kemudian pada Juli tahun lalu imam masjid Al Falah Pekanbaru ditusuk juga.

“Sasarannya berlatar ustaz, dan lokasi biasanya tempat mengajar atau masjid,” ujar Fahmi kepada Hops.id--jaringan SuaraJogja.id, Kamis (23/9/2021).

Terkait latar belakang penyerang ustaz, Fahmi mengatakan, biasanya penyerang ustaz yang sudah-sudah adalah orang yang secara psikologis tidak normal, artinya punya masalah kejiwaan.

“Orang-orang ini terlihat bisa hidup normal, tapi mudah dipengaruhi atau dikendalikan tanpa menyadarinya,” jelasnya.

Dari aspek senjata atau alat untuk menyerang ustaz, Fahmi memerhatikan, pada kasus yang sudah-sudah penyerang menggunakan alat sederhana, misalnya pisau. Walaupun sederhana, penyerangan tersebut berisiko melukai dan bisa fatal kalau mengenai organ vital korban.

Fahmi menganalisis, ada arti di balik pola penyerang yang mengalami gangguan kejiwaan dengan alat sederhana ini.

“Ini membuat pelaku dapat mengoperasikan serangan secara mandiri (dengan alat sederhana) sehingga bisa lebih mudah memutus hubungan jika ada yang mempengaruhinya,” jelas Fahmi. [suara]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita