Cerita Letjen Dudung Tak Bisa Tolak Patung Soeharto-AH Nasution Diambil

Cerita Letjen Dudung Tak Bisa Tolak Patung Soeharto-AH Nasution Diambil

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman bercerita terkait pengambilan patung Soeharto dkk di Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat. 

Dudung menyebut ia tak bisa menolak ketika mantan Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution meminta patung Soeharto dkk dibongkar.

Perlu diketahui, Azmyn Yusri Nasution merupakan penggagas pembuatan patung Soeharto dkk. Pembuatan patung dilakukan kala Azmyn Yusri Nasution saat menjabat Pangkostrad, sejak 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.

"Kini patung tersebut, diambil oleh penggagasnya, Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang meminta izin kepada saya selaku Panglima Kostrad saat ini. Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," tutur Dudung.

Dudung menepis jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G-30S-PKI. Dudung menegaskan pihaknya tak pernah melupakan peristiwa itu.

"Jika penarikan tiga patung itu kemudian disimpulkan bahwa kami melupakan peristiwa sejarah pemberontakan G-30S-PKI tahun 1965, itu sama sekali tidak benar. Saya dan Letjen TNI (Purn) AY Nasution mempunyai komitmen yang sama tidak akan melupakan peristiwa terbunuhnya para jenderal senior TNI AD dan perwira pertama Kapten Piere Tendean dalam peristiwa itu," kata Dudung.

Meski begitu, Dudung mengatakan bahwa foto-foto serta barang-barang milik Soeharto saat peristiwa 1965 terjadi, masih tersimpan dengan baik di museum Dharma Bakti.

Barang-barang itu akan selalu disimpan sebagai pembelajaran bagi masyarakat agar tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI serta terbunuhnya sejumlah pimpinan TNI AD.

Panglima TNI Angkat Bicara
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengaku enggan terlibat dalam polemik isu komunis di TNI yang dikaitkan dengan hilangnya patung para tokoh militer terdahulu dari Markas Kostrad. Hadi menilai isu tersebut tak dapat dibuktikan secara ilmiah.

"Saya tidak mau berpolemik terkait hal yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Tidak bisa suatu pernyataan didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat," kata Hadi kepada detikcom, Senin (27/9/2021).

Hadi menuturkan Kostrad pun sudah mengklarifikasi soal latar belakang patung para tokoh TNI kini tak lagi berada di Museum Dharma Bhakti, "Masalah ini sudah diklarifikasi oleh institusi terkait," ucap Hadi.

"Saya lebih menganggap statement tersebut sebagai suatu nasihat senior untuk kita sebagai Prajurit Aktif TNI. (Agar) senantiasa waspada, agar lembaran sejarah yang hitam tidak terjadi lagi," ujar Hadi.

Disinggung Gatot
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menuding komunisme telah menyusup ke tubuh TNI dengan hilangnya patung Soeharto dkk di Markas Kostrad. Beberapa barang yang hilang di antaranya diorama patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution beserta 7 pahlawan revolusi sudah hilang.

"Saya mendapat informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution tapi juga 7 pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana, dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya," kata Gatot pada acara webinar yang berjudul 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9) kemarin.

Dia menyebut insiden ini lantas membuktikan adanya kemungkinan sudah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI. "Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," tuturnya.(detik)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita