Cerita Cak Nun Disantet 41 Orang, Sebut Pelakunya Orang-Orang yang Belain Gus Dur

Cerita Cak Nun Disantet 41 Orang, Sebut Pelakunya Orang-Orang yang Belain Gus Dur

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun pernah disantet di tahun 2002. Cak Nun mengaku disantet oleh 41 orang. 

Orang-orang yang menyantet Cak Nun itu mendapat bayaran Rp400 juta. 

Kisah Cak Nun disantet 41 orang diceritakan Cak Nun di YouTube As-Salafiyyun berjudul "Ekslusive!!! Kronologi Cak Nun disantet 41 orang dilawan Seorang Diri!".

Di awal ceritanya, Cak Nun mengaku sering difitnah orang. Puncaknya terjadi ketika haul 100 hari Gus Dur di alun-alun Tuban. 

"Via (Novia Kolopaking) ngalami sendiri bagaimana saya dijelek-jeleki orang di depan 30 ribu orang ketika 100 hari Gus Dur di alun-alun Tuban," kata Cak Nun.

Saat itu Novia Kolopaking marah, Kiai Kanjeng marah. Sementara Cak Nun mengaku sedikit marah.

Cak Nun lalu melawan orang-orang yang menjelek-jelekkan dirinya itu di lokasi. 

Cak Nun punya alasan mengapa harus melawan. Menurutnya perlawanannya bukan karena kemarahannya tapi ingin memberi tahu kebenaran yang sesungguhnya. 

Kemarahan Cak Nun ini  membuat cemas kiai-kiai di Tuban. Mereka lalu meminta ketemu Cak Nun di tengah malam. 

Mereka meminta Cak Nun tidak marah karena membuat cemas para kiai dan orang-orang.

"Pokoknya dia ngeyel terus, saya ngeyel terus. Mba Via ngawal saya supaya saya tidak sampai kalap lagi. dia nyenggol-nyenggol aku," ujar Cak Nun. 

Ternyata Novia Kolopaking tidak kuat juga melihat perdebatan suaminya dengan kiai tersebut. 

Menurut Cak Nun, Novia Kolopaking akhirnya angkat suara. Novia berbicara dengan kiai itu. 

Novia meminta kiai itu mengizinkan Cak Nun duduk di panggung bersama tokoh-tokoh yang 'membunuh' Cak Nun. 

Disantet Dua Kelompok

"Saya itu dibunuh ceritanya. Disantet 41 orang. Dibiayai Rp400 juta sekitar tahun 2002-2003. Aku disantet beramai-ramai," kata Cak Nun.

Cak Nun mengatakan ada dua kelompok yang menyantet dirinya. 

Kelompok pertama Cak Nun lawan di stadion. Semua orang yang berada di stadion berhasil Cak Nun usir. 

"Pada saat yang sama saya disantet orang-orang yang belain Gus Dur yang menganggap saya ini anti Gus Dur," tuturnya.

Orang-orang ini menganggap Cak Nun anti Gus Dur karena Cak Nun pernah memberitahu bahwa Gus Dur akan dilengserkan dari kursi presiden.  

Cak Nun pernah bilang ke Ansor, Banser, bahwa Gus Dur dalam bahaya.

JIka tidak segera diantisipasi, Cak Nun, memberitahu Gus Dur bisa jatuh sebelum tiga bulan dari sekarang.

Sayangnya kata Cak Nun, orang-orang ini malah marah-marah terhadap dirinya. 

"Kalo kalian marah sama saya, nanti kalo Gus Dur jatuh belum tiga bulan kena impeachment jangan marah sama saya karena sudah saya kasih tahu," terang Cak Nun. 

Cak Nun mengaku saat itu bisa saja membantu Gus Dur namun ia tidak mendapat mandat dari NU, PKB. 

"Kasih mandat sama saya untuk mengantisipasi keadaan di Jakarta. Saya akan tolongin Gus Dur saya akan halangi pemecatan Gus Dur. Aku ga bisa nyelonong harus ada mandat dari NU, PKB," jelasnya. 

"Karena saya bersikap seperti itu malah dianggap mengancam Gus Dur akan jatuh," kenang Cak Nun. 

Gara-gara santet, Cak Nun sakit-sakitan. Tangannya gemetar. Berat badannya turun drastis dari 70 kg ke 50 kg. 

Biarpun dalam kondisi sakit, Cak Nun tetap melanjutkan aktivitasnya memberi ceramah di berbagai tempat. 

Sampai-sampai di beberapa tempat Cak Nun pingsan. 

Divonis Umur Tinggal 3 Bulan

Akhirnya Cak Nun menghubungi temannya seorang dokter lulusan UGM Eddy Supriyadi. 

Eddy menceritakan kisahnya mengenai penyakit Cak Nun di Acara Syawalan Keluarga Besar Fakultas Kedokteran UGM tahun 2017. 

Eddy mendapat telepon dari Cak Nun. Cak Nun meminta Eddy datang ke Gedung Hartono di lantai 3. Eddy menyambangi kawannya itu. 

Awalnya Eddy yang sudah memutari gedung itu tidak juga menemukan lokasi Cak Nun berada. Hingga akhirnya di putaran ketiga, ia melihat Novia Kolopaking. 

"Saya lihat Cak Nun dalam kondisi sangat kurus. Tangannya gemetar," cerita Eddy. 

Melihat kondisi Cak Nun seperti itu, Eddy merasa ada yang tidak benar. Awalnya Eddy mengira ada sesuatu pada kelenjar tiroid Cak Nun. 

Namun untuk lebih pastinya, Eddy menyarankan Cak Nun datang ke ahlinya yaitu Prof Asdi. Oleh Prof Asdi, Cak Nun diperiksa. Hasilnya sangat mengejutkan. 

Prof Asdi sampai tak percaya dengan hasil lab tersebut. Untuk lebih yakin, Prof Asdi mengulang kembali mengecek lab Cak Nun. Hasilnya tetap sama. 

Akhirnya Eddy memutuskan melakukan radionuklir. Dokter Eddy men scan tiroid Cak Nun.

"Hasilnya ini sangat toxic. Ini umurnya kira-kira tiga bulan lagi," ujar Eddy. 

Pada suatu malam, Cak Nun buang air besar. Tinjanya saat itu berwarna hitam pekat dan sangat kental. Seorang sahabat Cak Nun bernama Pakde inisiatif mengambil sampel tinja Cak Nun. 

Tinja dimasukkan ke dalam kantong film. Malam harinya tiba-tiba saja kantong berisi tinja Cak Nun meledak. Hal ini menurut Eddy sangatlah aneh. Akhirnya sisa tinja itu dianalisis di lab. 

"(Tinja) mengandung sebuah logam yang hanya bisa meleleh dengan suhu di atas 1500 derajat celcius. Berarti ada sesuatu di diri Cak Nun. Ada logam. Ada toxic," beber Eddy.

Mengetahui hal itu, Prof Asdi sampai tidak percaya. "Kalo seperti ini sampeyan sudah mati Cak," ujar Eddy menirukan komentar Prof Asdi ketika itu.  

"Perut saya itu isinya uranium. Pokoknya logam-logam berat dan panas," kata Cak Nun. 

Karena sudah tahu apa yang menimpa Cak Nun, Novia Kolopaking meminta Cak Nun mengambil langkah antisipasi. 

"Akhirnya saya antisipasi. Saya minta kepada Allah dalam beberapa jam suatu malam. saya upacara saya sembuh. Paginya saya sehat walafiat. Yang bingung orang UGM karena mereka sudah klaim usia saya tinggal tiga bulan. Itu resmi di RS Sardjito," cerita Cak Nun. 

"Saya ditanya gimana caranya bisa sembuh? Caranya adalah sesuatu yang anda tidak percaya," ujar Cak Nun yang masih enggan menceritakan cara ia bisa sembuh dari serangan santet. [suara]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita