Wacana Duet AHY-Airlangga Dinilai Tak Bakal Semulus SBY-JK

Wacana Duet AHY-Airlangga Dinilai Tak Bakal Semulus SBY-JK

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Partai Demokrat membuka peluang berkoalisi dengan Partai Golkar dengan mendorong duet Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Airlangga Hartarto pada Pilpres 2024. 

Namun ternyata duet tersebut dinilai berpotensi mengalami deadlock koalisi.

Hal tersebut diungkap oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno. Dia awalnya menyebut duet AHY-Airlangga, jika terlaksana, tidak akan semudah seperti duet antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Jusuf Kalla (JK) pada 2004 yang lalu.

"Penjajakan koalisi Demokrat-Golkar menuju 2024 tak semudah SBY-JK 2004 lalu. Variabelnya lebih rumit dan sulit," kata Adi Prayitno saat dihubungi, Senin (7/6/2021).

Adi menilai pernyataan elit Partai Demokrat sebagai bentuk penawaran sekaligus ajakan kepada Golkar untuk berduet pada Pilpres 2024. Namun demikian, menurutnya yang kemudian harus dipikirkan siapa yang harus menjadi capres dan cawapres di antara AHY dan Airlangga.

"Secara umum, pernyataan elit Demokrat itu sebegai bentuk penjajakan sekaligus ajakan kepada Golkar untuk duet 2024. Tinggal disepakati kira-kira siapa yang Capres dan cawapres andai saja partai ini sepakat koalisi. Karena kedua partai sama-sama menjagokan ketum masing-masing capres," ucapnya.

Adi menyebut penentuan capres dan cawapres inilah yang kerap menjadi deadlock bahkan berujung pada pembubaran koalisi. Menurutnya ini berpotensi terjadi pada Demokrat dan Golkar.

"Potensial deadlock karena kedua partai mematok harga mati capres, tak ada yang mematok harga hidup," ujarnya.

"Secara logika sederhana, Airlangga tak mungkin dijadikan cawapres AHY. Secara partai, pengalaman kerja pemerintahan, dan senioritas politik Airlangga tentu unggul. Begitupun AHY yang punya dalih bekal elektabilitas lebih unggul sementara dari Airlangga. Makanya mematok capres. Ini yang bikin sulit ketemu," lanjutnya.

Meski begitu, Adi menyebut keduanya bisa saling menguntungkan pada Pilpres 2024. Dia beralasan AHY memiliki elektabilitas sementara Airlangga memiliki pengalaman dalam pemerintahan.

"Sama-sama menguntungkan. Karena posisi keduanya sebagai ketua umum partai. Problemnya apa ukuran penentuan capres? Kalau ukurannya suara partai dan pengalaman kerja pemerintahan tentu Airlangga capres. Kalau ukurannya elektabilitas versi survei saat ini, AHY diunggulkan karena Airlangga belum kerja untuk urusan 2024," jelasnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita