Tangis Wakapolres Jaksel Saat Pasien Corona yang Ditolongnya Meninggal di RS

Tangis Wakapolres Jaksel Saat Pasien Corona yang Ditolongnya Meninggal di RS

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Wakapolres Metro Jakarta Selatan (Jaksel) AKBP Antonius Agus Rahmanto menceritakan detik-detik dirinya mengevakuasi pasien Corona bernama Budi yang sedang kritis di Jagakarsa, Jaksel beberapa hari lalu. 

Agus mengungkapkan lambatnya ambulans yang akan menjemput Budi membuat hatinya tergerak untuk memberi pertolongan.

Agus, yang mengenakan alat pelindung diri (APD) seadanya, tidak tega saat masuk ke dalam rumah Budi. Dia mendapati istri Budi yang juga positif COVID-19 sedang menangis melihat suaminya yang kritis.

"Saya masuk. Saya lihat, siapapun yang lihat pasti nggak tega. Di mana ibunya positif, nangis di sebelahnya. Lagi positif ibunya, anaknya mau deket, saya larang karena anaknya negatif. Tapi satu rumah. Ini ironis sekali," ujar Agus saat dihubungi detikcom, Sabtu (26/6/2021).

Saat bertemu istri Budi, Agus sempat memberi semangat. Agus pun menjanjikan keselamatan Budi dengan cepat-cepat membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Saya tenangkan ibunya. Di situ ibu itu sedang melawan Covid, nangis. Dan dia sedih. Saya bilang ke ibu itu, 'Bu, Covid itu obatnya harus semangat, makan banyak, cukup tidur, istirahat. Kalau ibu nangis itu nanti malah nggak sembuh-sembuh. Kasihan anak-anak.' Kemudian saya bilang, 'saya Wakapolres di sini. Saya janjikan ibu, ini (Budi) selamat'. Itu yang saya janjikan," tuturnya.

"Saya melihat bapak Budi yang terbaring. Saya nggak tahu itu masih hidup apa nggak, tapi terbaring yang perlu pertolongan. Hanya itu yang saya tawarkan dan janjikan," lanjut Agus.

Dengan bantuan dua anggota pemadam kebakaran dan menantu Budi, Agus mengangkat Budi ke dalam mobil. Mereka langsung tancap gas menuju RSUD Pasar Minggu.

Sesampainya di rumah sakit, Agus melihat masih ada dua mobil ambulans yang antre dari Bekasi. Agus pesimis mengingat satu jam kemudian Budi masih tidak mendapat pertolongan.

"Itu pun sudah sejam, saya agak pesimis. Tapi saya ketemu dokter jaga, saya nyatakan, 'saya Wakapolres, tolong dilihat'. Dokter keluar cuman pakai masker, sarung tangan, face shield. Begitu masuk ke mobil, cek pak Budi dengan alat. Pas dicek dia langsung lari ke dalam, 'sebentar saya pakai APD. Tungguin'. Maksudnya apa saya penasaran kan," jelasnya.

Setelah itu, Budi dibawa oleh dokter dengan menggunakan kereta dorong. Di situ, Agus merasa lega karena Budi telah ditangani orang yang tepat.

"Dokter keluar lagi, langsung dengan APD lengkap panggil rekannya dan bawa kereta dorong itu. Saya lega langsung. Karena apa? Masih ketolong berarti. Saya melihatnya kalau udah meninggal, pasti disampaikan. Ngapain harus cepat-cepat. Itu saya leganya minta ampun. Saya cuma berdoa semoga selamat. Karena pikiran saya betapa buru-burunya dokter tadi, sudah di tangan yang benar," ungkap Agus.

30 menit kemudian, dokter kembali menghampiri Agus. Dokter mengatakan kepada Agus bahwa nyawa Budi tidak tertolong.

"Setengah jam saya copot APD, disamper anggota, 'Ndan, ada dokter tadi mau ketemu Komandan'. Saya masih positif semoga omongan dokter, 'makasih ya pak, Pak Budi terselamatkan.' Harapan saya seperti itu. Yah, jawabannya beda, 'mohon maaf sudah terlambat'. Mati saya. Itu lah saya balik belakang, ngasih semangat, 'dok semangat dok'. Saya nangis sekeras-kerasnya. Bukan apa. Ironis sekali menurut saya," ucapnya.

Kini, Agus sedang menjalani isolasi mandiri mengingat dirinya berkontak langsung dengan pasien COVID-19. Agus menyatakan dirinya sudah tes swab PCR yang menunjukkan hasil negatif.

"Saya sekarang SOP, sedang isoman. Saya semoga tidak kepapar. Prosedurnya ada masa inkubasi. Saya swab kemarin negatif," imbuh Agus.

Diketahui, aksi Agus ini juga diunggah Instagram Polsek Jagakarsa. Dalam narasi video itu, warga bernama Budi sudah dinyatakan meninggal dunia saat sampai di RSUD Pasar Minggu.

Budi disebut sudah sekitar 15 hari terpapar COVID-19 dan sudah pernah dirawat di RSUD Pasar Minggu saat itu. Kemudian oleh pihak rumah sakit diminta isolasi mandiri di rumah. Dua hari setelah pulang ke rumah, keadaannya justru semakin kritis.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita