Bukan Main, Harga Sewa Pesawat Garuda Indonesia Termahal di Dunia

Bukan Main, Harga Sewa Pesawat Garuda Indonesia Termahal di Dunia

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Harga sewa armada pesawat yang ditetapkan perusahaan penyewa atau lessor kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, tercatat paling mahal di dunia. 

Menurut Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga, nilai harga sewa armada pesawat yang diberikan lessor kepada Garuda Indonesia bukan main mahalnya, karena mencapai 60 persen. Meski demikian, harga sewa tersebut tetap disetujui oleh dua mantan Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, yakni Emirsyah Satar dan Ari Askhara. 

"Kita tahu bahwa Garuda Indonesia kondisinya seperti ini karena penyewa pesawat ugal-ugalan di masa yang lalu, dan ini dari Dirut-nya, karena mereka setuju menyewa pesawat dengan harga mahal," ujar Arya, Kamis (10/6/2021). 

Pemegang saham mencatat, ada beberapa penyebab utama maskapai penerbangan nasional di ambang kebangkrutan, diantaranya akibat harga sewa pesawat yang mahal. 

Arya menuturkan, dari 36 lessor yang menjadi mitra Garuda,sebagian memasang harga sewa pesawat mahal dan sebagian lainnya terlibat dalam kasus korupsi sebelumnya.

Selain itu, pengelolaan pesawat Garuda Indonesia oleh manajemen sebelumnya juga tidak efisien. Arya menyebut, ada beragam jenis pesawat yang dimiliki Garuda yang pengelolaannya tidak efisien, misalnya, Boeing 737-777, A320, A330, ATR, Bombardier, padahal harga sewa yang dikeluarkan cukup tinggi.

Selain biaya sewanya mahal, Garuda Indonesia juga tidak bisa membatalkan kontrak, dan wajib membayar penuh hingga habis waktu sewa, meskipun pesawat tidak digunakan. Semua itu, tertuang dalam kontak yang disetujui mantan dirut Garuda Indoensia.

"Bayangkan, dalam isi kontrak saja, kalau dibatalkan kontraknya oleh Garuda, maka wajib membayar penuh hingga habis batas waktu. Jadi baik itu dihentikan atau tidak dihentikan, tetap bayar. Garuda juga menyewa beragam jenis pesawat Airbus banyak jenisnya, tapi pengelolaannya tidak efisien," tutur dia. 

Meski begitu, Arya menegaskan, tidak memiliki pilihan lain selain melakukan restrukturisasi guna menyelamatkan bisnis perusahaan pelat merah tersebut. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita