Fantastis, AS Gelontorkan Dana Rp 55 T Per Tahun untuk Israel

Fantastis, AS Gelontorkan Dana Rp 55 T Per Tahun untuk Israel

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Presiden Joe Biden menghadapi berbagai pertanyaan dari sebagian orang di partainya sendiri, Demokrat tentang jumlah bantuan Amerika Serikat (AS) yang diberikan kepada Israel.

Di antara mereka yang mengangkat masalah itu adalah Senator Bernie Sanders. Ia mengatakan AS harus "memperhatikan dengan seksama" bagaimana dana itu digunakan.

Lalu apa saja yang diterima Israel dan digunakan untuk apa saja bantuan itu?

Berapa besar bantuan AS untuk Israel?

Pada tahun 2020, AS memberikan US$3,8 miliar (sekitar Rp55 triliun) dalam bentuk bantuan kepada Israel. Ini merupakan bagian dari komitmen tahunan jangka panjang yang dibuat di masa pemerintahan Presiden Barack Obama.

Hampir seluruh bantuan yang disalurkan tahun lalu adalah bantuan militer, menurut according to the Congressional Research Service (CRS).

Kesepakatan yang diteken oleh mantan Presiden Obama pada 2016 itu direncanakan berlaku hingga tahun 2028. Dengan demikian total bantuan militer yang akan diterima Israel mencapai US$38 miliar (sekitar Rp546 triliun).

Jumlah ini lebih besar dibanding kesepakatan di bawah mantan Presiden George W Bush, totalnya US$30 miliar selama satu dekade.

Di samping itu, tahun lalu AS memberikan bantuan US$5 juta untuk penempatan migran di Israel.

Negara itu menerapkan kebijakan yang telah lama berlaku untuk menerima orang Yahudi dari negara-negara lain sebagai warga negara Israel.

Bagaimana Israel membelanjalan uang AS?

Selama bertahun-tahun, Amerika Serikat telah membantu Israel mengembangkan salah satu militer termaju di dunia, dengan dana itu, Israel mampu membeli peralatan militer canggih dari AS.

Sebagai contoh, Israel membeli pesawat tempur 50 F-35, yang bisa digunakan untuk meluncurkan serangan rudal, 27 di antaranya telah dikirimkan dengan harga sekitar U$100 juta per unit.

Tahun lalu, Israel juga membeli delapan pesawat Boeing 'Pegasus' KC-46A dengan harga diperkirakan mencapai US$2,4 miliar. Pesawat itu mampu mengisi bahan bakar di udara seperti untuk pesawat F-35 .

Sistem pertahanan udara Israel, Kubah Besi, dioperasikan untuk menangkal serangan roket. (Getty Images)

Dari dana US$3,8 miliar yang diberikan kepada Israel pada tahun 2020, sebanyak US$500 digunakan untuk pertahanan rudal, termasuk investasi sistem Kubah Besi dan sistem-sistem lain yang dapat mencegat serangan roket ke wilayah Israel.

Sejak tahun 2011, AS menyumbang secara keseluruhan US$1,6 miliar untuk sistem pertahanan Kubah Besi.

Selain itu, Israel membelanjakan dana jutaan dolar bersama AS untuk mengembangkan teknologi militer, misalnya sistem untuk mendeteksi terowongan yang digunakan untuk menyusup ke wilayah Israel.

Pemerintah Israel membelanjakan dana besar untuk peralatan militer, pelatihan, dengan menggunakan dana bantuan itu sebagai upaya mengimbangi statusnya sebagai negara lebih kecil dibanding negara-negara lain di kawasan.

Bagaimana perbandingannya dengan negara-negara lain?

Sejak Perang Dunia Kedua, Israel tercatat sebagai negara penerima bantuan luar negeri terbesar dari AS.

Pada tahun 2019, berdasarkan data terbaru yang diterbitkan secara lengkap, Israel tercatat sebagai penerima bantuan luar negeri AS terbesar kedua sesudah Afghanistan, cmenurut data USAID.

Sebagian besar bantuan AS kepada Afghanistan digunakan untuk mendukung program militer AS menstabilkan negara yang telah mengalami perang sejak invasi AS pada tahun 2001 itu.

Tetapi karena pasukan AS ditetapkan akan ditarik dari Afghanistan sebelum September tahun ini, hanya sekitar US$370 juta dianggarkan untuk tahun 2021.

Sejauh ini, Israel adalah penerima terbesar bantuan AS di antara negara-negara di Timur Tengah.

Mesir dan Yordania juga penerima bantuan besar dari AS. Keduanya terikat kesepakatan damai dengan Israel, setelah masing-masing pernah terlibat perang dengan negara itu.

Kedua negara masing-masing menerima sekitar US$1,5 miliar dolar dalam bentuk bantuan dari AS pada tahun 2019.

Sementara itu, Presiden Biden melanjutkan kembali bantuan untuk badan PBB yang menangani pengungsi Palestina sebesar US$235. Dana itu dihentikan oleh pemerintahan Presiden Trump pada tahun 2018.

Mengapa AS memberikan bantuan begitu besar kepada Israel?

Ada sejumlah alasan mengapa Amerika Serikat memberikan bantuan begitu besar kepada Israel, di antaranya adalah komitmen historis mulai dari ketika AS memberikan dukungan atas pembentukan negara Yahudi pada tahun 1948.

Lagi pula, Israel dianggap AS sebagai sekutu penting di Timur Tengah - mempunyai tujuan bersama dan komitmen sama terhadap nilai-nilai demokratis.

Congressional Research Service (CRS) mengatakan: "Bantuan luar negeri AS telah menjadi komponen penting dalam menyatukan dan memperkokoh hubungan itu.

"Para pejabat AS dan banyak wakil rakyat telah lama menganggap Israel sebagai mitra penting di kawasan."

Presiden Biden mendapat tekanan dari sebagian politikus Demokrat termasuk Rashida Tlaib (kiri) atas dukungan terhadap Israel. (Getty Images)

Badan bantuan luar negeri pemerintah AS mengatakan: "Bantuan AS membantu memastikan Israel mempertahankan Qualitative Military Edge (keunggulan kualitatif militer) atas potensi ancaman regional."

Ditambahkan: "Bantuan Amerika Serikat ... ditujukan untuk memastikan bahwa Israel cukup aman menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai perjanjian damai dengan Palestina dan untuk perdamaian regional yang menyeluruh."

Memastikan Israel dapat mempertahankan diri terhadap ancaman-ancaman di kawasan telah menjadi landasan kebijakan luar negeri AS selama puluhan tahuh baik di bawah presiden dari Partai Demokrat maupun dari Partai Republik.

Platform pemilu partai Demokrat tahun 2020 menyebutkan "dukungan kuat" bagi Israel, tetapi sebagian mereka yang berada di garis kiri partai itu sekarang mempertanyakan komitmen bantuan AS.

Senator Bernie Sanders dan sejumlah politikus lain dari Demokrat berusaha menghadang rencana penjualan senjata presisi tinggi sebesar US$735 juta ke Israel.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita