Corona Menggila, India Catat Rekor Kematian Lebih dari 3.600 Sehari

Corona Menggila, India Catat Rekor Kematian Lebih dari 3.600 Sehari

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Jumlah kematian akibat COVID-19 di India terus melonjak dengan rekor 3.689 kematian pada Minggu (2/5) waktu setempat, angka harian tertinggi sejak dimulainya pandemi virus Corona. 

Dengan demikian, sejauh ini jumlah kematian di negara itu telah mencapai lebih dari 215.000.

Pihak berwenang melaporkan 392.488 kasus infeksi baru dalam waktu 24 jam sebelumnya sehingga total jumlah kasus menjadi 19,56 juta. Sejauh ini, virus tersebut telah menewaskan 215.542 orang di India.

Seperti dilansir Channel News Asia, Senin (3/5/2021), rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium di India kewalahan seiring negara itu telah melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru setiap hari selama lebih dari 10 hari berturut-turut. Banyak keluarga yang harus berjuang sendiri untuk mendapatkan obat-obatan dan oksigen.


Bahkan pada hari Sabtu (1/5) lalu, India untuk pertama kalinya mencatat lebih dari 400.000 kasus baru infeksi Corona dalam waktu 24 jam terakhir. Ini merupakan rekor baru di India, dan India menjadi negara pertama di dunia yang mencatat jumlah kasus harian lebih dari 400 ribu kasus.

Menurut Kementerian Kesehatan India seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/5/2021), sebanyak 401.993 kasus baru tercatat dalam sehari.

Terkait krisis Corona ini, hampir 10 negara bagian dan wilayah-wilayah India telah memberlakukan beberapa bentuk pembatasan, bahkan ketika pemerintah federal tetap enggan untuk memberlakukan lockdown nasional.

Surat kabar Indian Express melaporkan bahwa gugus tugas COVID-19 negara itu telah menyarankan pemerintah federal untuk memberlakukan lockdown nasional.

Bulan lalu, Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan semua upaya harus dilakukan untuk menghindari lockdown nasional.

Pemerintah federal khawatir lockdown baru akan berdampak buruk pada ekonomi. Lockdown yang diberlakukan tahun lalu setelah wabah COVID-19 pertama menyebabkan hilangnya banyak lapangan pekerjaan karena output ekonomi turun 24 persen pada April hingga Juni 2020, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Reuters melaporkan bahwa pemerintah federal telah dituduh gagal menanggapi peringatan pada awal Maret dari penasihat ilmiahnya sendiri, bahwa varian baru dan lebih menular sedang terjadi di negara itu.(dtk)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA