Kasus Bom Makassar Diharapkan Tak Dikaitkan dengan SARA

Kasus Bom Makassar Diharapkan Tak Dikaitkan dengan SARA

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat KNPI, Haris Pertama, mengatakan aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar sangat bertentangan dengan ajaran agama mana pun. Alasannya, tidak ada satu pun agama yang membenarkan kekerasan terhadap pemeluk agama lain.

"DPP KNPI mengutuk aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan 20 orang terluka," kata Haris Pertama kepada wartawan, Senin, 29 Maret 2021.

Meskipun demikian, dia meminta semua pihak untuk tidak mengaitkan peristiwa bom bunuh diri ini dengan SARA. Karena hal tersebut akan membuat kondisi semakin tidak kondusif.

"KNPI meminta supaya masalah ini jangan dikait-kaitkan dengan agama dan atau suku tertentu di negeri ini karena hal demikian akan semakin membuat rumit dan keruhnya suasana," ujarnya.

Haris meminta aparat penegak hukum mengusut tuntas kasus tersebut. Dia juga yakin bahwa Densus 88 antiteror Mabes Polri akan segera mengusut tuntas dan menangkap pelaku lainnya serta membongkar motifnya.

“DPP KNPI yakin bahwa Polri di bawah kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo akan segera menangkap pelaku lainnya yang merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD),” kata Haris.

Lebih lanjut, dia juga mendoakan supaya seluruh korban bom bunuh diri yang menderita luka-luka dan kini dirawat di rumah sakit, bisa segera pulih.

"Untuk korban yang luka-luka kita mendoakan agar diberikan kesembuhan. KNPI juga mengajak masyarakat bersama-sama untuk memerangi terorisme dan radikalisme," katanya.

Sebelumnya, bom bunuh diri meledak di pintu gerbang Gereja Katedral, Jalan Kajaolaliddo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, 28 Maret 2021. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut terduga pelaku berjumlah dua orang dalam insiden itu. Namun hanya satu yang disebutkan inisialnya, yakni L.

Listyo menyatakan bahwa mereka merupakan kelompok yang tergabung dari beberapa orang sebelumnya sudah kita amankan, dan kelompok yang pernah melakukan operasi di Jolo, Filipina, 2018.[viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita