Risma di Raker DPR: Saya Berani Disumpah dengan Quran, Tak Pernah Niat Blusukan

Risma di Raker DPR: Saya Berani Disumpah dengan Quran, Tak Pernah Niat Blusukan

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Mensos Tri Rismaharini (Risma) belakangan menjadi sorotan karena aksi blusukannya tak lama setelah menjabat. Aksinya ini menuai pro dan kontra. Ada yang mendukung dan ada juga yang mengkritik.  

Di raker perdana dengan Komisi VIII DPR, Risma menegaskan tak pernah berniat untuk blusukan. Setiap pemulung atau gelandangan yang dia temui di jalan pasti akan didekati dan ditanya sudah makan atau belum, karena itu merupakan kewajibannya sebagai manusia. 

"Demi Allah saya berani disumpah dengan Quran, saya enggak pernah niat blusukan. Tapi saya temukan di jalanan. Kalau saya nanya sudah makan atau belum, itu kan kewajiban saya sebagai manusia," kata Risma di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/1). 

Risma ingin pemulung juga mendapatkan bansos seperti masyarakat lainnya meski mereka tidak memiliki rumah. Untuk itu, Risma memulai mendata pemulung yang dia temui dan menyerahkannya ke Dukcapil. 

"Saya ingin pemulung-pemulung dapat bantuan karena selama ini mereka enggak dapat bantuan apa pun. Enggak punya rumah, enggak punya alamat, enggak dapat bantuan. Jadi tadi saya data mereka di Dukcapil," jelasnya. 

"Jadi demi Allah saya enggak ada niatan apa pun karena mungkin saya entar mati, saya enggak tahu, tapi niat saya niat membantu," pungkasnya. 
Sebelumnya, saat sertijab di Kantor Kemensos pada 23 Desember 2020, Risma meminta agar voorijder yang mengawalnya nanti untuk mengawalnya di belakang. Menurutnya, hal ini akan memudahkannya ketika sedang berkeliling. 

"Saya ngomong nanti voorijder-nya di belakang. Kenapa? Soalnya saya kalau lihat sesuatu saya berhenti. Pernah di sini saya sampai muter 3 kali. Orang itu kenapa, ya, tidur deket sampah. Muter sampai 3 kali aku enggak kuat, enggak bisa, aku turun. Kenapa? Ternyata dia kelaparan," kata Risma. 

Kebiasaan berputar-putar sebelum masuk kantor sudah dijalani Risma semenjak bertugas di Surabaya. Kebiasaan ini tidak ingin dia ubah, sehingga ia meminta agar voorijder mengawalnya dari belakang.  

"Makanya nanti kalau voorijder-nya di depan saya berhenti ketinggalan voorijder-nya. Ini karena memang saya tidak mau berubah. Saya pengin tetap jadi Risma," tuturnya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita