Pecinta K-Pop Roketkan Omnibus Law, Jadi Trending Topic Dunia

Pecinta K-Pop Roketkan Omnibus Law, Jadi Trending Topic Dunia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Panas isu penolakan Omnibus Law Cipta Kerja (RUU Ciptaker) ternyata membuat para penggemar gerah. Alhasil K-Popers ikut meramaikan tren Omnibus Law di Twitter.

Pakar media sosial dari Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan K-Popers awalnya tidak paham dengan Omnibus Law. Namun setelah paham, para K-Popers ini membantu tagar-tagar penolakan Omnibus Law menjadi trending topic dunia.

"K-popers yang tadinya tidak paham, turut membaca masalah RUU ini. Setelah paham, mereka dalam waktu singkat bersatu mengangkat tagar #MosiTidakPercaya dan tagar-tagar lain, sehingga menjadi TT dunia," kata Ismail dalam akun Twitternya.

Ismali mengatakan K-popers bahkan bersatu dengan akun-akun PKS, Demokrat, Oposisi, Serikat Pekerja, Aktivis, BEM Mahasiswa, LSM, dan Media untuk membuat sebuah klaster kontra Omnibus Law.

Salah satu cuitan dari akun K-popers yang paling banyak dibagikan dan didukung oleh oleh akun aktivis lain adalah dari @ustadchen.

Gerakan K-Popers ini ternyata mendapatkan respons positif dari para warganet. Ismail mengatakan para warganet mengapresiasi dukungan K-Popers untuk menolak Omnibus Law.

Berdasarkan hasil analisa (Social Network Analysis), Ismail mengatakan sangat banyak warganet menolak pengesahan aturan itu. Ia mengungkap warganet yang menolak Omnibus Law adalah orang-orang yang mendominasi percakapan di Twitter.

Peningkatan percakapan terkait topik ini menurutnya mulai terjadi pada sore hari ketika RUU Ciptaker telah disahkan.

Kluster Warganet dalam peta SNA ini terdiri dari PKS, Demokrat, Oposisi, Serikat Pekerja, Aktivis, BEM Mahasiswa, LSM, dan Media. Patut diketahui, Demokrat dan PKS merupakan fraksi partai DPR yang menolak mentah-mentah Omnibus Law.

Kendati demikian, Ismail mencatat peta percakapan di Twitter pada pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB hanya memiliki satu klaster besar yang kontra dengan Omnibus Law.

Ismail mengatakan  akademisi, BEM, aktivis, LSM, media, oposisi, dan K-Popers  membentuk sebuah klaster besar yang saling berinteraksi dalam satu jaringan.

"Secara demografi, K-Popers merupakan generasi pengguna media sosial terbanyak. Jika sebelumnya mereka kurang paham soal Omnibus Law, dengan ikut angkat tagar ini mereka jadi tahu," kata Ismail.[]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita