Kontroversi Mega Minta Jokowi Tak Manjakan Milenal

Kontroversi Mega Minta Jokowi Tak Manjakan Milenal

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pernyataan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak memanjakan kaum milenial menjadi kontroversi. Ada yang setuju, tapi ada juga yang mengkritik pernyataan Presiden ke-5 RI itu.

Kritik Megawati kepada kaum milenial disampaikan saat ia memberikan sambutan di acara peresmian beberapa kantor PDIP di daerah yang ditayangkan secara virtual, Rabu (28/10/2020). Ia menyoroti soal aksi demo mahasiswa tolak omnibus law UU Cipta Kerja yang berujung anarkis.

Megawati kesal dengan aksi-aksi vandal pada demo beberapa waktu lalu itu karena menyebabkan sejumlah fasilitas umum rusak. Ia pun meminta agar Presiden Jokowi tak memanjakan kaum milenial.

"Anak muda kita aduh saya bilang sama presiden, jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial, saya mau tanya hari ini, apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi seperti kita bisa viral tanpa bertatap langsung, apa sumbangsih kalian untuk bangsa dan negara ini?" kata Megawati.


Megawati tak peduli bila pernyataannya membuat ia dibully. Dia mengatakan aksi unjuk rasa turun ke jalan atau demonstrasi memang telah diizinkan sejak reformasi. Tapi menurutnya, tidak sampai merusak fasilitas umum.

"Masa hanya demo saja, nanti saya dibully ini, saya nggak peduli, hanya demo saja ngerusak, apakah ada dalam aturan berdemo, boleh saya kalau mau debat," ucap Megawati.

"Ada aturan dalam demo diizinkan karena ketika reformasi, kita masuk ke dalam alam demokrasi, ya. Tapi adakah, jawab, aturannya bahwa untuk merusak, nggak ada, kalau ada orang bilang ada bu, mana dia, sini, sini kasih tau sama saya," imbuhnya.

Megawati mengaku sudah tidak tahan dengan tindakan anarkis yang terjadi saat demonstrasi. Dia menyayangkan halte yang dibuat dengan anggaran besar dirusak begitu saja dengan para pendemo.

"Ini ketua umum kan jarang ngomong. Tapi sekali saya ngomong saya enggak tahan. Masyaallah, susah-susah bikin halte, enak aja dibakar-bakar, emangnya duit lo? Ditangkap enggak mau. Ini gimana ya. Aku sih pikir lucu banget Indonesia sekarang," ujarnya.

Dia lalu menanyakan anggaran membuat satu halte kepada Djarot Syaiful Hidayat yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam acara itu, Djarot sedang berada di samping Megawati. Djarot menyebut pembangunan satu halte TransJ bisa mencapai Rp 3 miliar.

"Tuh, 3 miliar, mungkin sekarang dengan kenaikan inflasi. Kalau ibu-ibu patokannya harga emas gitu. Mana mungkin lagi mau dibenerin itu 3 miliar cukup. Coba bayangkan. Itu rakyat siapa ya. Itu yang namanya anak-anak muda? Saya ngomong gini itu dalam Sumpah Pemuda lho," tutur Megawati.

Agar Kaum Milenial Hindari Budaya Instan

Sebanyak 9 partai nasional memberi komentar atas kegelisahan Megawati terhadap kaum milenial. PDIP memberi penjelasan soal pernyataan Megawati yang cukup keras itu. Elite senior PDIP Andreas Hugo Pareira menilai Megawati memberi komentar agak keras seperti itu agar kaum milenial tidak terbiasa dengan budaya instan.

"Maksud Ibu Mega tentu baik, bertepatan dengan hari peringatan Sumpah Pemuda, agar generasi muda Indonesia kini tetap menjiwai semangat perjuangan generasi pemuda perintis kemerdekaan yang dengan keberanian, komitmen dan kerja keras melawan imperialisme kolonialisme pada zamannya," ujar Andreas Hugo Pareira kepada wartawan, Kamis (29/10/2020).

Menurut Andreas, generasi milenial harus memahami mengenai etos perjuangan, komitmen, dan kerja keras para pemuda saat menggelorakan Sumpah Pemuda pada 1928. Ia menyebut Sumpah Pemuda itulah yang kemudian melahirkan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Atas dasar itulah, Megawati dinilai memberi sorotan kepada kaum milenial yang notabene memiliki banyak kemudahan saat ini. Diharapkan, generasi milenial bisa mencontoh para pemuda terdahulu yang memiliki daya juang tinggi membangun Indonesia.

"Sebagai negarawan senior di republik ini, Ibu Mega tentu sangat berharap agar generasi muda Indonesia atau yang sekarang lebih populer dengan kaum milenial ini untuk menghindari budaya instan, yang menuntut dan hanya mau menerima," ucap Andreas.

"Tetapi harus tetap dalam etos perjuangan, komitmen dan kerja keras untuk memajukan bangsa dan menjadikan Indonesia bangsa yang terhormat, disegani dalam era kompetisi global abad 21 dengan berbagai tantangannya," sambung anggota Komisi XI DPR itu.



Diharapkan Jadi Cambuk Bagi Milenial

Anggota DPR Fraksi NasDem Hillary Brigitta Lasut mengaku sependapat dengan Megawati. Hanya saja, ia menyayangkan bila sumbangsih kaum milenial didiskreditkan, karena adanya oknum yang melakukan anarkisme.


"Secara pribadi saya sangat sepakat bahwa tidak elok jika kaum milenial harus dimanjakan, sebab semua masyarakat dalam berbagai golongan dan kelompok harus diperlakukan sama dan adil oleh pemerintah. Tanpa mengedepankan skala prioritas untuk beberapa kelompok tertentu tanpa terkecuali kelompok kaum milenial," ujar Hillary saat dihubungi, Rabu (28/10/2020).

"Namun di lain sisi saya sangat menyayangkan, jika kaum milenial didiskreditkan hanya karena ulah beberapa oknum-oknum milenial yang menunjukan tindakan anarkisme pada saat aksi demonstrasi. Sebab kita tau sendiri bahwa sudah sejak zaman sebelum hingga pasca kemerdekaan, kelompok muda selalu memiliki semangat dalam memberikan kontribusi untuk mencapai kemerdekaan maupun kemajuan bangsa," tambahnya.

Hillary yang merupakan anggota DPR RI termuda ini menyebut, dirinya juga berupaya berkontribusi untuk kemajuan bangsa. Dia berharap kaum milenial dapat terus berkarya dalam memberikan kontribusi yang positif. Hillary pun berharap pernyataan Megawati bisa menjadi cambuk bagi pemuda-pemudi di Indonesia.

"Sebab saya sendiri pun saat ini melalui kapasitas saya sebagai anggota DPR RI termuda di Indonesia, ingin terus berupaya melakukan yang terbaik untuk kemajuan bangsa dan negara. Sebab menurut saya kelompok muda atau milenial selalu memiliki cara nya sendiri yang produktif, inovatif maupun progresif," kata dia.

"Harapan saya dengan adanya pernyataan seperti ini dari salah satu tokoh senior bangsa yang bertepatan dengan momen hari sumpah pemuda, semoga bisa menjadi cambuk untuk para generasi milenial agar terus berkarya dalam memberikan kontribusi positif demi kemajuan bangsa dan negara," imbuh Hillary.


Jokowi Tak Dianggap Manjakan Milenial

Anggota DPR Fraksi PAN, Farah Puteri Nahlia tak sepakat dengan Megawati Soekarnoputri. Namun ia juga tak membenarkan oknum pemuda yang melakukan perusakan saat demo,

"Bahwa Presiden Jokowi memanjakan milenial, saya pikir tidak, setiap zaman ada orangnya, dan pemerintah sudah mulai meretas jalan bagi milenial. (Tapi) Ya yang jelas demo merusak fasilitas umum itu tidak dapat dibenarkan. Itu bukanlah demo melainkan wujud tindakan anarkis," ujar Farah, saat dihubungi Rabu (28/10/2020).

Farah menyebut demo yang dilakukan anak muda merupakan sebuah keperdulian terhadap permasalahan bangsa. Sehingga menurutnya, perlu adanya pendidikan bagi kaum milenial.

"Saya contohkan di Hongkong, sekitar bulan Agustus 2019 lalu diguncang demo besar besaran selama 2 bulan, dimana ribuan hingga ratusan ribu pendemo turun ke jalanan yang digerakkan oleh para anak muda yang menuntut perubahan besar di negaranya, karena mereka menilai ada hal yang menurut mereka terdapat ketidakadilan Negara dalam memperlakukan warganya (yaitu UU Ektradisi)," kata Farah.

"Artinya apa, kaum milenial juga peduli terhadap permasalahan bangsanya. Oleh karenanya kita wajib melakukan pendidikan politik bagi kaum milenial," sambungnya.

Farah yang juga merupakan anggota DPR termuda ini menilai, kaum milenial di Indonesia menjadi aset penting dalam bidang digital disruption. Hal ini karena menurutnya Indonesia tidak memiliki teritori digital dan siber.

"Terlebih lagi milenial merupakan aset penting dalam ruang digital disruption, dimana RI secara eksplisit tak memiliki teritori digital dan siber. Milenial mengisi kekosongan ruang ini dan apabila tak dikelola bisa menjadi 'asset internasional'," ucap Farah.



Waketum Partai Gerindra Habiburokhman setuju dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang meminta Presiden Jokowi tidak memanjakan generasi muda atau kaum milenial. Menurutnya, generasi milenial memang harus dididik dengan keras.


"Itu wejangan yang bagus. Generasi milenial memang harus dididik keras. Kalau saya lihat di Singapore dan Jepang mereka mendidik generasi muda keras sekali. Saya lihat anak-anak muda dilatih wirausaha sejak dini," ungkap Habiburokhman kepada wartawan, Kamis (29/10/2020).

Anggota Komisi III DPR ini menyebut generasi milenial punya tantangan besar. Habiburokhman menilai kemudahan yang didapat generasi milenial dapat berdampak negatif apabila tidak disikapi dengan bijaksana.

"Mereka punya tantangan besar, karena dipundak merekalah masa depan bangsa ini dipertaruhkan," ucapnya.

"Yang paling bahaya itu khan pola berpikir instan. Ingin meraih kesuksesan dengan cara-cara yang singkat tanpa proses yang normal. Ini akan membuat mereka lemah jika menemui persoalan kelak," tambah Habiburokhman.

Kekesalan Megawati Dinilai Bukan Pada Seluruh Kaum Milenial

Politikus muda Partai Golkar Bobby Adhityo Rizaldi menilai kegelisahan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri bukan kepada seluruh generasi milenial. Menurutnya, Megawati kesal hanya kepada oknum pemuda tak bertanggung jawab, termasuk pelaku anarkis saat demo yang merusak fasilitas umum.

"Jadi kekesalan Bu Mega itu bukan pada seluruh generasi milenial Indonesia, yang hampir 34% di tahun 2020 ini," kata Bobby kepada wartawan, Kamis (29/10/2020).


Anggota Komisi I DPR ini menyebut aspirasi seharusnya dilakukan dengan santun. Bobby mengecam pelaku vandalisme pada beberapa aksi unjuk rasa belakangan ini.

"Demo secara virtual pun bisa, karena generasi milenial kan mengerti teknologi, jangan melakukan vandalisme pada fasilitas publik, itu saya rasa maksud Ibu Mega. Dan saya rasa pasti semua setuju," ucapnya.

Soal pernyataan Megawati yang cukup keras kepada kaum milenial, Bobby menyebut hal itu bertujuan baik. "Itu teguran sayang ibu kepada anak-anaknya," tambah Bobby.

Kaum Milenial Disebut Banyak Karyanya

PKS memberi pembelaan kepada generasi milenial. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai generasi milenial banyak yang punya sikap positif. Ia juga memuji kelompok milenial yang mengikuti demo mahasiswa menolak omnibus law secara tertib.

"Milenial banyak karyanya. Pelaku start up, pelajar dan mahasiswa berprestasi hingga milenial yang ikut demo tertib karena cinta negeri adalah barisan milenial penuh prestasi," ujar Mardani Ali Sera kepada wartawan, Kamis (29/10/2020).

Soal adanya anak muda yang lalai dalam bersikap, anggota Komisi II DPR ini mengatakan hal itu merupakan tanggung jawab bersama. Mardani mengingatkan, generasi milenial merupakan aset bagi masa depan Indonesia.

"Jika milenial kurang berprestasi maka yang salah kita yang sudah senior. Mereka adalah aset negeri. Ada kekurangan tapi merekalah harapan kita untuk membawa negeri menjadi sejahtera di masa depan," imbuh Mardani.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita