Jokowi Soal Pandemi: Jutaan Warga Rugi Jika Korbankan Ekonomi

Jokowi Soal Pandemi: Jutaan Warga Rugi Jika Korbankan Ekonomi

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut mesti menemukan keseimbangan yang pas antara penyelamatan ekonomi dan kesehatan publik di era pandemi Covid-19.

Sebab, jika ekonomi tidak dijaga menurutnya hal itu akan mengorbankan puluhan juga masyarakat Indonesia lain.

Meski demikian, Presiden menyebut pemerintah tetap memprioritaskan kesehatan publik sebagai hal tuama. Tapi, pemerintah terus mengambil tindakan untuk meminimalkan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

"Jika kita mengorbankan ekonomi, itu sama saja dengan mengorbankan kehidupan puluhan juta orang. Ini bukan opsi yang bisa kita ambil. Sekali lagi, kita harus mencari keseimbangan yang pas," kata Jokowi dalam video yang diunggah di akun YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (3/10).

Bagi Jokowi, menjadikan kesehatan masyarakat sebagai prioritas bukanlah berarti harus mengorbankan aspek ekonomi. Ia mengatakan sejak awal aspek kesehatan masyarakat merupakan prioritas utama pemerintah.

Jokowi menjelaskan tak hanya Indonesia, pemerintah di seluruh dunia harus bertindak cepat dalam mengatur keseimbangan antara penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.

"Kesehatan masyarakat, kesehatan publik, tetap nomor satu, tetap yang harus diutamakan. Ini prioritas," kata Jokowi.

Selama tujuh bulan pandemi merajalela di Indonesia,Jokowi mengatakan Indonesia selalu berupaya memperoleh dan menjaga keseimbangan melalui berbagai kebijakan.

Lebih lanjut menurutnya, di kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal dua 2020 mencatat pertumbuhan negatif 5,3 persen masih lebih terjaga dibanding negara-negara tetangga yang di antaranya Malaysia dengan minus 17,1 persen, Filipina dengan minus 16,5 persen, Singapura yang minus 13,2 persen, hingga Thailand yang minus 12,12 persen.

Di tingkat global, Jokowi mengatakan banyak negara yang mengalami pertumbuhan negatif dengan angka yang jauh lebih besar seperti. Di antaranya adalah India yang bertumbuh negatif 23,9 persen hingga Amerika Serikat dengan pertumbuhan negatif 9,5 persen. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita