Hasril Chaniago Heran, Kenapa Arteria Manggut saja saat Dia Bicara PKI

Hasril Chaniago Heran, Kenapa Arteria Manggut saja saat Dia Bicara PKI

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Nama politisi PDIP Arteria Dahlan ramai disorot dan dikaitkan dengan keturunan PKI. Hal itu usai tokoh pers Sumatera Barat Hasril Chaniago menyinggung sejarah silsilah keluarga Arteria di forum Indonesia Lawyers Club.

Atas hal itu pula, Arteria Dahlan kemudian menjadi trending topic di sosial media, dan disebut-sebut sebagai keturunan PKI. Arteria sendiri sudah memberikan pernyataan, kalau tak ada kaitannya antara PKI dengan dirinya.

Sebab, kata Arteria, kakeknya bukan Bachtarudin seperti yang disebutkan Hasril. Melainkan bernama Dahlan, seorang saudagar yang juga pedagang kenamaan di Pasar Tanah Abang.

“Ya salah itu, nenek saya tokoh Masyumi. Ayah saya dibimbing sama Ummi Rasuna Said. Kakek saya yang dari Ibu H. Abdul Wahab, saudagar, pedagang di Tanah Abang. Masuk Jakarta tahun 1950. Semua perantau pasti diurus kakek saya kala itu,” kata Arteria.

“Kakek saya namanya Dahlan bukan Bachtarudin yang tokoh PKI itu. Jadi namanya AD itu adalah Arteria Dahlan bin Zaini bin Dahlan bin Ali bin Sulaiman. Mereka semua orang-orang alim. Nenek saya Bu Nian (Dahniar) guru ngaji orang-orang di Maninjau, lebih dari tiga generasi,” tuturnya.

Salah paham

Sementara itu, usai heboh polemik keturunan PKI, dan bahkan direncanakan bakal diadukan ke polisi, Hasril Chaniago kemudian muncul kembali. Menurut Hasril, memang banyak orang yang merespon keliru apa yang dia sampaikan.

Saat menjadi seorang narasumber di ILC, Hasril menyatakan, sebenarnya dia hanya berbicara dalam kerangka demokrasi masyarakat di Minangkabau. Bagaimana mereka bisa duduk akur berdampingan tanpa memandang politik identitas seseorang.

Tetapi, masyarakat rupanya salah tafsir dengan ungkapan maksud dari pernyataannya. “Benar, saya pikir orang merespon di luar konteks ya,” kata Hasril di saluran Youtube Hersubeno Point, dikutip Kamis 10 September 2020.

Hasril kemudian bicara latar belakang mengapa dia mengungkap nama Bachtaruddin, tokoh PKI yang belakangan dikaitkan dengan Arteria Dahlan.

Kata dia, di lingkaran Danau Maninjau saja, di sebuah kawasan kecil di Sumatera Barat, dapat lahir banyak sekali tokoh politik dari sana, dengan berbagai aliran, walau masih didominasi Masyumi, kala itu.

Sebut saja Mohammad Natsir, Rasuna Said, Buya Hamka, hingga Bachtaruddin. Orang yang terakhir dia sebut, kebetulan sebagai pendiri PKI pada Oktober 1945 di Sumatera Barat. Dan notabene masih satu kaum dengan Rasuna Said yang Masyumi.

Siapa Bachtaruddin

Hasril Chaniago kemudian menyinggung soal Arteria Dahlan. Ketika itu, Hasril mendapat telepon dari tokoh Minang di Jakarta benama Fauzi Maruf, yang belakangan ternyata adalah paman dari Arteria.

Informasi soal PKI sendiri didapat Hasril dari Fauzi, pamannya. Di sela perbincangan dengan Fauzi, Hasril kemudian menyinggung sosok Arteria Dahlan yang waktu itu sempat disorot publik karena kekurang ajarannya saat berdebat dengan Emil Salim di stasiun televisi swasta.

Karena tahu Fauzi dan Arteria sama-sama lahir dari tanah Maninjau, Hasril meminta pamannya itu untuk menegur dan menasehati politisi PDIP itu.

Sebab, kata dia, bentuk kekurang ajaran Arteria saat berdebat dengan Emil Salim tidak sama sekali menggambarkan sosok orang Minang sejatinya.

“Memang kekerabatan luas ya di Minang. Nah, dari pamannya Arteria, Fauzi Maruf, yang bergelar Datuak Gunung Ameh, dia menanggapi wawancara kita sebelumnya. Dia bilang oh itu keponakan saya (Arteria).”

“Wah pas sekali menurut saya. Lalu dia cerita, sebetulnya masih punya hubungan dengan Bachtaruddin. Tapi, Fauzi bilang, mereka dari keluarga Masyumi, sementara Bachtaruddin itu PKI.”

Fauzi kemudian cerita soal sosok Bachtaruddin. Dia kerap mengunjungi ibunya di kala senggang. Tiap masuk ke rumah pun tokoh PKI Sumbar itu masuk dengan mengucapkan Assalamualaikum.

“Kalau tiba waktu salat, dia salat. Tapi apakah dia salat di luar itu, kami tidak tahu. Tapi yang pasti kami tidak pernah ikut campur urusan politik satu sama lain,” ucap Hasril menirukan perkataan Fauzi.

“Dari situ akhirnya saya bilang, tolong bilangin dia (nasehati Arteria Dahlan), Menunjuk-tunjuk Emil Salim itu tidak sopan bagi orang Minang,” kata Hasril lagi ke Fauzi.

Bongkar pembicaraan off air

Tiba akhirnya Hasril dan Arteria dipertemukan di forum yang sama ILC, membahas Sumbar, Puan, dan Pancasila. Saat istirahat jeda off air, Hasril pun mengajak Arteria berbicara sembari merokok.

Dia lalu memanggil Hasril dengan sapaan ‘Pak’. “Kamu tidak boleh panggil saya pak. Karena saya mamak kamu, saya berkawan dengan paman kamu,”ucap Hasril. “Siapa?” kata Arteria.

“Kamu kenal Fauzi?” “Itu angku saya.”

Hasril kemudian menasehati Arteria soal Emil Salim yang belakangan viral dan dikaitkan dengannya. Hasril meminta pada Arteria untuk banyak-banyak membaca buku Minang.

“Anda dihujat orang karena dianggap tidak sopan dengan Emil Salim. Bung Hatta saja hormat dengan Tan malaka, karena merasa dia lebih tua dan lebih lama dalam perjuangan,” nasehat Hasril ke Arteria.

“Saya ceritakan itu di depan arteria juga. Dia mengangguk-angguk. Walau berbeda pandangan politik, tapi kamu harus menggunakan perspektif budaya saat berada di politik,” katanya lagi.

“Saya bangga dengan kamu, orang Minang, tapi tidak berebut 14 kursi dari Minang. Justru orang Jawa yang banyak memilih kami. Tetapi karena saya orang yang lebih tua dari kamu, saya sarankan kamu banyak membaca buku-buku soal minang,” kata Hasril kepada Arteria lagi.

Ucapan itu disampaikan Hasril, disaksikan Fadli Zon, Sudjiwo Tedjo, dan Effendi Gazali yang sama-sama sedang rehat di sela ILC.

Heran saat on air

Saat on air dilakukan, tibalah Hasril kebagian menjadi narasumber. Hasril kemudian berbicara soal bagaimana demokrasi di Minangkabau.

“Jangankan perbedaan pendapat, perbedaan politik saja bisa berdampingan. Contohnya Arteria Dahlan yang lahir dari keluarga Masyumi. Namun ada PKI-nya, namun bisa berdampingan.”

Hasril mengaku heran, kalau belakangan Arteria belakangan seolah disudutkan dengan ungkapannya. Sebab saat on air dilakukan, dia tidak menunjukkan gelagat kecewa atau protes dengan ucapannya.

“Itu kan biasa saja, Arteria senyum-senyum saja kan, kalau dia merasa saya tuduh, pasti dia bantah, apalagi dia pengacara hebat. Cuma setelah itu muncul di media sosial, karena mungkin ada yang tak suka dengan Arteria.”

“Sehingga sampai subuh banyak yang telepon saya (wartawan). Ada 20 kali lebih saya wawancara dan ditanyai soal itu. Saya bilang, saya bukan bicara dalam konteks hubungan ideologis, biologis, tapi demokrasi di Minangkabau. Tapi kemudian ramai masuk media sosial, dan berlanjut ke media mainstream.” []

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA