Dokter Ahli Patologi di Malang Meninggal Terpapar COVID-19

Dokter Ahli Patologi di Malang Meninggal Terpapar COVID-19

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kabar duka kembali datang dari tenaga medis di Malang Raya. Seorang dokter ahli patologi klinik meninggal setelah positif COVID-19. Dia adalah Dr dr Tinny Endang Hernowati SpPK.
Tinny meninggal setelah mendapat perawatan di ruang ICU INCOVIT atau instalasi COVID-19 dan infeksi terpadu RSU dr Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang, Minggu (27/9/2020).

"Almarhum meninggal ketika menjalani perawatan di ICU INCOVIT RSSA. Untuk penyebab kematian adalah positif pneumonia COVID-19," terang Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang Raya dr Djoko Heri saat dikonfirmasi detikcom, Senin (28/9/2020).

Heri menjelaskan, almarhumah sebelumnya bertugas di laboratorium patologi klinik RSSA Kota Malang dan RS Universitas Brawijaya (UB). Tugasnya memproses pemeriksaan darah serta urine pasien.

"Tetapi beliau sudah pensiun. Terakhir bertugas di laboratorium patologi klinik RSSA dan RSUB. Untuk memproses pemeriksaan darah, urine, dan lain-lain. Beliau memang ahli patologi klinik," jelasnya.

Menurut Djoko, meninggalnya Dr Tinny menambah daftar dokter di Malang Raya terkonfirmasi COVID-19 dan meninggal. Jumlahnya, sudah sebanyak 5 orang sejak pandemi.

dokter ahli patologi klinik meninggal setelah terpapar virus COVID-19. Dia adalah Dr Tinny Endang Hernowati Sp.PK. Foto: Istimewa
"Dokter meninggal di Malang Raya, sudah 5 orang. Untuk yang terpapar virus COVID-19, mulai Maret ada sebanyak 36 orang," tutur Djoko.

Djoko mengaku, banyak dokter di Malang Raya yang sudah mengurangi jam praktek pribadi, untuk menghindari penularan virus COVID-19.


"Semua teman-teman dokter dan senior saya yang membuka praktek sudah mengurangi jam praktek pribadi, saya kira," akunya.

Djoko menegaskan, saat ini disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan masih sangat penting, agar sebaran virus COVID-19 bisa dihindari. Bukan kepada upaya IDI dalam melakukan pencegahan untuk melindungi anggotanya.

"Kuncinya bukan pada bagaimana upaya pencegahan dari IDI untuk melindungi anggotanya. Jawabannya sudah jelas, yaitu patuh dan disiplin protokol kesehatan," tegasnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita