Curhat PSK 19 Tahun, Tahan Rasa Sakit Layani Tamu demi Biayai Pengobatan Ibunya

Curhat PSK 19 Tahun, Tahan Rasa Sakit Layani Tamu demi Biayai Pengobatan Ibunya

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pekerja s*ks komersial (PSK) diciduk Satpol PP di apartemen kawasan Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.

Satu di antara yang diciduk bernama Dinda. Usianya berusia 19 tahun. Selama pandemi covid-19 melanda, ia tetap aktif bekerja.

"Biasanya ramai di hari Jumat, Sabtu sama Minggu. Kalau hari-hari biasa paling banyak 4 tamu," katanya.

Dalam semalam, Dinda bisa menyisihkan paling tidak Rp 1 juta.

"Sesepi-sepinya satu hari bisa nyelengin (menyisihkan) satu Rp 1 juta. Paling banyak Rp 2,5 juta," sambung Dinda.

Sudah dua bulan terakhir ini, Dinda ikut terjun sebagai pemuas birahi para pria hidung belang.

Hingga akhirnya Dinda diciduk Kabid Gakumda Satpol PP Kota Tangerang, Ghufron Falfeli yang menyamar sebagai tamunya.

Mulanya di Kota Tangerang, Dinda hanya sebatas administrator yang melakukan transaksi via aplikasi media sosial dan meneruskan pesanan kepada para penyedia layanan lendir.

Namun karena tergiur dengan pendapatan yang diterima, Dinda ikut terjun melayani tamu.

Dara manis ini pun blak-blakan mengenai tarif yang dipasang.

Dinda berani banderol harga tinggi mengingat dirinya masih muda dan segar.

"Tarif Rp 1,5 juta setiap kali kencan singkat biasanya pakai aplikasi MiChat," ucapnya.

Kebanyakan, lanjut Dinda, ia melayani tamu seumuran dengan almarhum ayahnya.

"Kebanyakan tamu saya seumuran almarhum papa," tutur wanita ini.

Untuk mengurangi rasa sakit setiap melayani tamu, Dinda mengakalinya dengan mengonsumsi minuman keras.

Minuman keras ini didapatkan dari beberapa toko kedai kopi di Jakarta Barat.

"Biar pakai pelumas sakit mah tetap. Kan kita begituan sama bukan orang yang kita sayang," kata Dinda.

Kendati demikian Dinda tidak menampik pernah menikmati berhubungan intim dengan tamu yang disukainya.

Sebab pelanggannya itu berparas rupawan dan sopan.

"Tapi jarang banget orang ganteng sopan baik,"

"Biasanya mah gitu ya mau gimana lagi namanya juga tamu punya uang ya mau enggak mau kita wajib layani," ungkap Dinda.

Dinda bercerita, uang hasil kerja yang ia peroleh digunakan untuk pengobatan ibunya yang menderita gula darah.

"Buat beli obat mama kena gula. Makanya saya berani terjun ke kayak gini abis dulu waktu kerja di toko jangan buat beli obat buat ongkos sama makan aja sudah kurang," tuturnya bernada manja.

Selain dibelikan obat untuk orang tua, hasil yang didapat juga digunakan untuk perawatan wajah dan kulit di klinik kecantikan.

"Kita kerja beginian ya harus tampil cantik,"

"Mau enggak mau saya tiap minggu ke klinik kecantikan minimal biar tambah menarik," ujarnya.

Ia mengaku biaya yang digunakan untuk perawatan pada klinik kecantikan tidak lah murah.

Pasalnya dalam setiap mengunjungi klinik kecantikan dirinya harus merogoh kocek Rp 3 - 5 juta.

"Sisa dari ke klinik sama buat beli obat mama saya pakai buat kebutuhan makan dan sehari - hari,"

"Kalau ada lebihan saya ngajak mama buat sekadar jalan - jalan," papar Dinda.

Nyamar jadi tamu

Bisnis prostitusi di apartemen tersebut terungkap dari kerja Satpol PP Kota Tangerang yang menyamar sebagai calon pelanggan.

Kabid Gakumda Satpol PP Kota Tangerang, Ghufron Falfeli mengaku tidak mudah menjaring para kupu-kupu malam online tersebut.

Pasalnya, para PSK yang menyewa kamar mendapat pengawalan dari pemilik unit apartemen yang disewakan dengan tarif Rp 250 ribu perhari.

"Mereka selektif dalam menerima tamu, setelah sepakat tarif kita diminta menunggu di lobi,"

"Setelah itu ada beberapa pria yang turun yang memantau kita, kalau mereka anggap aman PSK itu langsung turun dan menjemput kita," ujar Ghufron yang menyamar sebagai pelanggan saat dikonfirmasi.

"Kalau mereka rasa kurang aman mereka membatalkan transaksi yang telah disepakati," sambung dia.

Dalam penyamaran tersebut, tidak jarang para PSK mengecoh para tamunya dengan berpindah pindah tower.

Modus tersebut dilakukan guna mengelabui petugas dan seakan mengetahui pola kerja Satpol PP Kota Tangerang.

"Jadi awalnya kita diminta menunggu di lobi A, tidak berapa lama mereka meminta kita untuk bergeser ke tower lainnya dengan alasan keamanan. Kami menduga mereka sangat terorganisir dalam melancarkan aksinya," ungkap Ghufron.

Ia pun mengaku sistem pengamanan tersebut diduga sudah menjadi bagian dalam praktik prostitusi online di Kota Tangerang.

Ghufron mengatakan butuh waktu beberapa hari untuk dapat menguak dan membongkar bisnis lendir tersebut.

"Jadi beberapa hari ke belakang kita sudah melakukan observasi lapangan, dan kami telah memetakan cara kerja dari PSK tersebut," ucap Ghufron.

Ghufron Falfeli menjelaskan sebagian PSK yang terlibat dalam bisnis ini masih di bawah umur.

"Ada dua orang kami kembalikan kepada keluarganya, karena masih di bawah umur," ujar Ghufron kepada Warta Kota, Kamis (20/8/2020).

Dirinya menyebut, ada tujuh PSK yang terjaring dalam operasi ini. Mereka menjajakan dirinya melalui sistem online.

"Sisanya kami serahkan kepada Dinas Sosial untuk dilakukan pembinaan," ucapnya.

Ghufron menyebut, praktik prostitusi di apartemen ini sangat terorganisir.

Bahkan jajarannya melakukan pengintaian cukup lama dan bahkan sempat terendus oleh para PSK itu.

"Makanya kami melakukan penyamaran dan akhirnya berhasil membongkar praktik prostitusi ini," kata Ghufron.(wartakota)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita