Terjepit di Antara Presiden Megawati dan SBY (1)

Terjepit di Antara Presiden Megawati dan SBY (1)

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Tanggal 27 September 2000 menjadi momen tersendiri bagi Pramono Edhie Wibowo. Kala itu, sebagai Komandan Grup 5 Kopassus, dia harus menyampaikan paparan soal keahlian anggota Grup 5 (antiteror) Kopassus kepada Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
Selain Taufik Kiemas, hadir dalam kunjungan itu KSAD Jenderal Tyasno Sudarto, Menteri Perindustrian Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Polkam Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Entah terpikat oleh paparannya atau karena alasan lain, tak lama setelah kunjungan itu, Megawati mengangkatnya sebagai ajudan. Ketika Presiden KH Abdurrahman Wahid lengser pada 23 Juli 2001, Megawati, yang naik jadi presiden, mempertahankan Pramono sebagai ajudan hingga 2004.

Itu kasusnya seperti Fiman Gani (mantan Kapolda Metro Jaya) yang menjadi ajudan saat Pak BJ Habibie wapres lalu menjadi Presiden menggantikan Pak Harto," kata Rajab Ritonga, mantan wartawan Antara yang lama bertugas di lingkungan tentara dan Istana, kepada detikcom, Minggu (14/6/2020).

Dalam buku 'Pramono Edhie Wibowo: Cetak Biru Indonesia ke Depan' yang ditulisnya, Rajab menyebut menjadi ajudan adalah penugasan pertama Pramono di luar korps baret merah.

Memasuki pemilihan presiden langsung pertama pada 2004, Pramono menghadapi dilema tersendiri. Di satu sisi, dia adalah ajudan Presiden. Tapi di sisi lain, ia adik ipar Menko Plokam SBY yang kala itu juga mencalonkan diri sebagai presiden. Karena satu dan lain hal, pencalonan SBY membuat hubungannya dengan Megawati kurang harmonis. Hal itu sepertinya berlangsung hingga sekarang.

"Posisi (Pramono) Edhie Wibowo sebagai ajudan 'terjepit' di antara Megawati dengan Yudhoyono, namun dia tetap berusaha humble dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai ajudan Megawati," tulis Rajab Ritonga yang kini Guru Besar Ilmu Komunikasi di Universitas Moestopo, Jakarta.

Di pihak lain, Megawati pun tetap memperlakukan Pramono dengan baik. Salah satu buktinya, "Dia tetap menjadi ajudan hingga masa pemerintahan Megawati berakhir."

Pangkat dan Jabatan tertinggi Pramono Edhie Wibowo selepas menjadi ajudan adalah Jenderal dan menjadi KSAD. Dia pensiun pada 2013, lalu terjun ke dunia politik. Pramono menjadi salah satu peserta konvensi calon presiden yang diadakan Partai Demokrat. Pramono Edhie berpulang pada Sabtu malam (13/6) di RS Cimacan karena sakit Jantung.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita