Saat Pose Trump Pegang Alkitab di Gereja Tuai Amarah Pemuka Agama

Saat Pose Trump Pegang Alkitab di Gereja Tuai Amarah Pemuka Agama

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berfoto dengan membawa Alkitab di depan St. John's Church, gereja bersejarah dan sempat menjadi lokasi pembakaran dalam demonstrasi memprotes kematian George Floyd. Namun pose Trump ini justru menuai amarah para pemuka agama.
Seperti dilansir AFP, Selasa (2/6/2020), mulanya Trump menyampaikan rencana kunjungan ke gereja bersejarah itu saat mengakhiri pidatonya di Rose Garden, Gedung Putih, Washington DC, pada Senin (1/6) waktu setempat. "Sekarang saya akan memberikan penghormatan ke sebuah tempat yang sangat, sangat spesial," ucapnya.

Setelah itu, Trump berjalan kaki ke St John's Church, yang terletak di seberang Gedung Putih. Dia dikawal ketat oleh Secret Service. Polisi yang mengawal unjuk rasa di luar Gedung Putih sempat menembakkan gas air mata dan peluru karet serta granat kejut untuk membersihkan area yang akan dilalui Trump.

St. John's Episcopal Church yang berusia 200 tahun ini dikenal sebagai 'gerejanya para Presiden AS'. Dimulai dengan Presiden ke-4 AS, James Madison, setiap Presiden AS pernah menghadiri kebaktian di St John's Church yang terletak dekat dengan Gedung Putih itu.

Kebakaran sempat terjadi di gereja ini saat demonstran menggelar aksi demo yang berujung ricuh pada Minggu (31/5) malam waktu setempat. Coret-coretan para demonstran tampak menghiasi salah satu bagian gereja ini. Di depan St John's Church, Trump sempat beberapa kali berfoto sambil memegang dan mengangkat sebuah Alkitab. Dia juga sempat memberikan pernyataan singkat.

Kita punya negara yang hebat, itu pemikiran saya. Negara terhebat di dunia. Akan menjadikannya bahkan lebih hebat, kita akan menjadikannya lebih hebat, dan itu tidak akan memakan waktu lama. Tidak akan lama. Anda lihat apa yang terjadi, itu akan pulih, akan kembali kuat. Itu akan menjadi lebih hebat bahkan dari sebelumnya," ucap Trump seperti dilansir Associated Press.
OK, terima kasih banyak. Kita punya negara terhebat di dunia. Terima kasih banyak, semuanya. Akan dijaga tetap baik dan aman," imbuhnya. Setelah berfoto, Trump berjalan kembali ke Gedung Putih.

Menanggapi hal itu, Kepala St John's Church, pastor Robert Fisher, menyatakan dia tidak mengetahui bahwa Trump akan melakukan kunjungan. "Saya tidak tahu apa yang terjadi pada pukul 19.00 malam. Saya sebenarnya belum melihatnya. Saya sudah mendengarnya, tentu, dan jujur, rasanya seperti banyak momen tidak nyata bagi saya," ucapnya kepada Fox News, merujuk pada kunjungan Trump pada Senin (1/6) waktu setempat.

Sementara itu, Kepala Keuskupan Episcopal Washington DC, Uskup Mariann Edgar Budde, menegaskan pihaknya tidak merestui kunjungan Trump ke gereja tersebut. Dia menyatakan pihak keuskupan tidak sepakat dengan tindakan dan kebijakan Trump. St John's Church diketahui berada di bawah wilayah keuskupan Washington DC.

"Biar saya perjelas. Presiden baru saja menggunakan sebuah Alkitab, teks paling suci dari tradisi Yahudi-Kristen, dan salah satu gereja dalam wilayah keuskupan saya, tanpa izin, sebagai backdrop untuk pesan yang bertentangan dengan ajaran Yesus dan segala sesuatu yang dipegang teguh oleh gereja kami," ucapnya.

"Dan demi melakukan itu, seperti Anda sebutkan, dia (Trump) menyetujui penggunaan gas air mata oleh polisi dengan perlengkapan huru-hara untuk membersihkan halaman gereja. Saya marah. Presiden tidak berdoa saat dia datang ke St John's," tegas Budde saat bicara kepada wartawan CNN, Anderson Cooper.

Pose Trump saat memegang Alkitab dan berfoto di gereja itu pun menuai kemarahan. Pose itu dinilai memicu trauma.

"Itu traumatis dan sangat ofensif, dalam arti bahwa sesuatu yang sakral disalahgunakan untuk isyarat politik," cetus Budde.

Budde mengatakan bahwa Trump yang para pendukungnya termasuk banyak orang Kristen evangelis itu, menggunakan "kekuatan simbolis kitab suci kita, memegangnya di tangannya seolah-olah itu adalah pembenaran posisi dan otoritasnya.

"Pada hari Senin (1/6), para pengunjuk rasa berdemonstrasi di sana dengan damai ketika aparat penegak hukum termasuk polisi militer menggunakan gas air mata untuk membubarkan mereka--membuka jalan bagi Trump untuk berjalan kaki dari Gedung Putih ke gereja tersebut untuk foto-foto.

Aksi protes damai itu disiarkan televisi, dan publik bereaksi geram ketika melihat aparat melepaskan gas air mata ke para demonstran damai.

"Protes pada saat itu sepenuhnya damai," kata Budde. "Sama sekali tidak ada pembenaran untuk ini," imbuhnya.

Ratusan ribu orang telah menunjukkan kemarahan mereka lewat aksi-aksi demo sejak kematian George Floyd pada 25 Mei, seorang pria Afrika-Amerika berusia 46 tahun yang dibunuh oleh polisi di Minneapolis.

Aksi-aksi demo itu sebagian besar berlangsung damai, namun beberapa telah berubah menjadi kerusuhan massal yang diwarnai.

Para pemimpin Episkopal lainnya turut mengecam kunjungan Trump ke gereja Episkopal St John sebagai hal 'memalukan dan menjijikkan secara moral'.

"Hanya dengan memegang tinggi-tinggi sebuah Alkitab yang belum dibuka, dia mengklaim mendapat dukungan Kristen dan menyiratkan bahwa itu termasuk Gereja Episkopal," kata para uskup dari New England dalam sebuah pernyataan.(dtk)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita