Di Tengah Pandemik Covid-19, Masyarakat Tak Perlu Alergi Dengan Hubungan Bilateral Indonesia-China

Di Tengah Pandemik Covid-19, Masyarakat Tak Perlu Alergi Dengan Hubungan Bilateral Indonesia-China

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Di tengah pandemik virus corona baru (Covid-19) masyarakat Indonesia perlu diberi pemahaman terkait pentingnya negara membangun hubungan negara lain. Salah satunya tidak alergi dengan adalah hubungan bilateral Indonesia dengan China.
 
 
 Pengamat Hubungan Internasional, Jona Widhagdo Putri mengatakan, pembangunan pemahaman masyarakat tentang pentingnya hubungan bilateral dengan China diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan kerja sama kedua.

Salah satu tujuannya adalah negara dapat bersama-sama pulih secara ekonomi dari pandemik Covid-19 yang dialami dunia.

Setidaknya, kata dia, dalam tiga tahun terakhir investasi China di Indonesia mengalami peningkatan khususnya pada sektor industri logam, industri listrik, dan pembangunan infrastruktur publik.

"Ekspor produk industri logam juga tetap bergeliat walau pada masa pandemik, hal ini sangat membantu ekonomi Indonesia yang tengah terdampak oleh Covid-19," terang Jona kepada wartawan, Minggu (7/6).

Sebelumnya, kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel disebut membawa dampak positif pada meningkatnya investasi China di Indonesia khususnya di bidang industri pengolahan logam.

Di antaranya dengan pembuatan pabrik peleburan (smelter) yang mengolah bijih nikel menjadi feronikel atau nickel pig iron dan hilirisasi produk turunan lainnya seperti baja nirkarat (stainless steel) yang menambah nilai ekspor produk dari Indonesia secara signifikan.

Di sisi lain, investasi ini juga turut memicu polemik dengan rencana kedatangan 500 TKA China untuk pembangunan smelter di Kawasan Industri Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara.

Bagi Jona, yang juga seorang ahli sinologi, dalam tiga tahun terakhir peningkatan investasi China di Indonesia sebagian besar berada pada sektor industri logam, industri listrik dan pembangunan infrastruktur publik, maka dapat dipahami bahwa manajemen dan tim pakar serta teknisi dari China diperlukan untuk penyelesaian pembangunan proyek tersebut.

Selain itu, Jona berpendapat meski menggunakan tenaga kerja asing, pemerintah harus memastikan bahwa investasi harus menyerap lapangan kerja lokal dan mengaplikasikan transfer teknologi.

Investasi dari negara lain, tambah Jona, harus membawa manfaat bagi warga lokal, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Saya harap permasalahan ini dapat dilihat secara komprehensif. Kita semua harus mempunyai semangat yang sama untuk membangun Indonesia menjadi negara dan bangsa yang lebih maju," katanya.

"Rakyat Indonesia harus lebih mendapatkan manfaat dari kerja sama bilateral yang terjalin. Indonesia dapat menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah maju di China untuk kemajuan Indonesia,” tegasnya.(rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita