GELORA.CO - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengungkap curahan hatinya pada Pendakwah Ustaz Abdul Somad (UAS).
Refly Harun mengungkapkan perasaannya sering diserang oleh warganet karena sering mengkritik pemerintah.
Hal itu terjadi saat UAS menjadi narasumber melalui channel YouTube Refly Harun yang tayang pada Minggu (7/6/2020).
Pada kesempatan itu, Refly Harun sempat menyinggung Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan hingga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Mulanya, Refly Harun menyinggung soal Nabi Muhammad SAW sebagai manusia pilihan Allah SWT juga tak terlepas dari fitnah.
"Tapi ustaz, apapun hidup ini, hidup juga penuh dengan fitnah kan bahkan Nabi Muhammad saja awal-awal dakwah khalifah juga begitu," ujar Refly.
Ia mengatakan, hujatan yang sering ia dapatkan pembelajaran untuk menjadi orang kuat.
"Kalau kita manusia biasa ini penuh dengan makian, kedengkian, buzzer, itu menurut saya latihan juga untuk menjadi manusia kuat," ungkap Refly.
Lalu, ia berpesan pada presiden Indonesia selanjutnya untuk menerima segala cacian yang akan diterima.
Namun, Refly Harun memisalkan dua nama yang yang bisa jadi menjadi presiden, yakni Anies dan Ganjar.
Ia berpesan harus kuat menghadapi cacian yang sering terdengar kejam.
"Saya malah bilang begini tat, Calon Pemimpin ke depan itu, entah itu namanya Anies Baswedan, Ganjar Pranowo harus rajin-rajin baca komen media sosial."
"Karena kejam sekali soalnya kita kadang-kadang dikata-katain enggak karu-karuan juga, kelihatan bod** sekali kita di komentar-komentar netizen," ujar Refly.
Lalu, Pakar 50 tahun ini menyinggung bahwa kebanyakan warganet yang menyerangnya sering tidak memiliki pengikut.
"Begitu kita lihat followersnya 10, ada satu followers-nya, kayaknya ini baru dibuat," ujar Refly.
"Instagram itu yang haters-nya itu kebanyakan postingnya kosong," timpal UAS.
Menurut Refly, mereka hanyalah buzzer.
"Iya makanya, jadi memang ada usaha-usaha yang begitu itu, jadi memang menawarkan untuk menjadi buzzer," sambungnya.
Refly merasa apa yang terjadi pada dirinya di media sosial itu sering tidak masuk akal.
"Boleh, kalau ada kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya katakanlah kelompok-kelompok lain ya," kata Refly.
"Saya mengatakan bukan boleh, masih masuk akal tapi kalau negara yang menyewa buzzer-buzzer itu untuk menyerang balik yang mengkritik negara, waduh luar biasa itu."
"Kalau kita sudah bicara pro kontra ini hampir tidak masuk akal semua kadang-kadang," keluh Refly. (*)