Kehidupan Warga Dukuh Karangpoh di Klaten Bergantung Cangkul

Kehidupan Warga Dukuh Karangpoh di Klaten Bergantung Cangkul

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Suara pukulan besi yang nyaring sudah menjadi teman sehari-hari bagi warga Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, ini. Ya, pedukuhan ini merupakan salah satu sentra produksi cangkul yang cukup besar di Kabupaten Klaten.
Sebagian besar warganya memang bekerja sebagai seorang pandai besi. Bagi mereka, cangkul adalah salah satu cara untuk menggapai asa. Setidaknya itu yang dituturkan Supriyanto, salah satu pandai besi Dukuh Karangpoh yang ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

"Hampir semua yang ada di sini itu produksi cangkul dan alat-alat pertanian rumah tangga untuk kehidupan sehari-hari. Beberapa ada yang punya usahanya sendiri, beberapa ada yang ikut orang," katanya.

Ia merupakan salah satu pandai besi yang sudah 31 tahun membangun usahanya sendiri. Saat ini ia memiliki kurang lebih 3 pekerja yang 2 di antaranya sudah bekerja sama dengannya selama lebih dari 20 tahun.

"Kalau yang pekerja itu diupahnya per hari Rp75 ribu, itu sudah sama makan dua kali terus snack setengah 3 satu kali, bekerja dari pagi sampai maksimal pukul 15.15 WIB sudah selesai, lalu disisakan waktu 15 menit untuk ringkas-ringkas (merapikan barang)," ungkapnya.

Namun bagi para pandai besi Dukuh Karangpoh, cangkul bukan hanya sebagai sumber penghasilan. Seorang pandai besi yang lain, Umar Dani, mengatakan cangkul adalah pusat peradaban. Cangkul merupakan rantai kehidupan manusia khususnya di negara agraris seperti Indonesia.

"Cangkul itu pusat peradaban, contoh misal dengan cangkul bertani dia bisa sukses, bisa menyekolahkan anaknya, dia juga bisa mengikuti pendidikan tinggi. Cangkul juga identik dengan kehidupan masyarakat seperti di negara Indonesia yang notabene agraris," ucapnya.

Umar yang juga seorang Ketua Kopinkrasi Pandai Besi dan Las (Kopinkra) 18, mengungkapkan masyarakat Dukuh Karangpoh sudah secara turun temurun memproduksi cangkul dan alat-alat pertanian. Menurutnya, cangkul memiliki fungsi dan manfaat yang sangat luar biasa.

Tak hanya soal tani, tapi berawal dari cangkul kehidupan seseorang bisa semakin sejahtera. Cangkul juga menjadi salah satu alat yang digunakan dalam pembangunan infrastruktur bangsa Indonesia.

"Cangkul kalau kita lihat fungsi dan manfaatnya sangat luar biasa. Dengan cangkul bangsa ini bisa menghidupi masyarakat. Dengan cangkul bangsa ini bisa membangun infrastruktur dan sebagainya. Artinya fungsi cangkul ini sangat luar biasa lekat dengan peradaban kita," ungkapnya.

Umar juga menceritakan bahwa sentra pandai besi yang berada di Kabupaten Klaten ini sudah ada sejak zaman nenek moyang. Terlebih, Klaten merupakan daerah strategis yang berada di antara Yogyakarta dan Solo membuat sentra pandai besi ini semakin maju dari tahun ke tahun.

Ia yang sudah akrab dengan suara tempaan besi ini mengatakan sudah banyak perubahan yang terjadi dalam proses pembuatan cangkul tradisional hingga sekarang. Dahulu, lanjutnya, proses pembuatan cangkul paling sedikit harus dilakukan oleh lima orang. Namun sekarang, untuk membuat cangkul cukup dilakukan tiga orang saja.

Waktu saya dilahirkan, cangkul sudah diproduksi. Dahulu tenaga yang dibutuhkan untuk membuat cangkul dalam satu tempat itu minimal lima orang. Kalau tidak lima orang tidak bisa jalan, kalau sekarang dengan kemajuan zaman ada listrik dan alat-alat sebagainya tiga orang itu sudah cukup," ucapnya.

Umar menambahkan kemajuan teknologi membuat pekerjaan berlangsung lebih cepat dan efisien dalam menggunakan tenaga kerja. Terlebih, kini Dukuh Karangpoh telah mendapatkan bantuan alat penempa air hammer dari BANK BRI.

"Kepada BANK BRI kami ucapkan terima kasih karena BANK BRI hadir tepat pada waktunya karena dengan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada Kopinkra 18 ini sangat besar untuk meningkatkan kualitas dari produk cangkul," terangnya.

Ia berharap produk-produk karya pandai besi Kopinkra 18 bisa diterima pasar karena Kopinkra 18 telah berusaha penuh untuk membuat cangkul serta peralatan pertanian lain menjadi berstandar nasional.

"Harapannya selalu pengrajin bagaimana produk kita bisa diterima pasar dan kita bisa lakukan yang terbaik sehingga tidak ada komplain terkait masalah produk yang kita miliki. Untuk itu kami berharap semua stakeholder untuk bisa bekerja sama membina dan merangkul kami supaya bisa membuat produk terbaik yang memiliki standar nasional dan bisa diterima oleh pasar untuk mengisi kebutuhan dalam negeri," pungkasnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita