Saling Tuduh AS dan China Soal Virus Corona, Benarkah Ada Konspirasi?

Saling Tuduh AS dan China Soal Virus Corona, Benarkah Ada Konspirasi?

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Amerika Serikat (AS) dan China dikenal sebagai 2 negara yang bersaing ketat memperebutkan pengaruh dunia. Tak hanya dalam ekonomi, kini keduanya berseteru sengit soal asal mula Virus Corona jenis baru yang masih misterius.

Virus Corona jenis baru yang telah diberi nama resmi SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, pada Desember 2019. Dalam waktu 2 bulan saja, penyebarannya sangat dahsyat sampai ke seluruh penjuru dunia sehingga WHO menetapkannya sebagai pandemi pada 11 Maret. Dahsyatnya virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 ini pun memantik perseteruan antara AS dan China.

Awalnya, sejumlah pejabat AS menyalahkan China yang dinilai tidak becus menangani Virus Corona sehingga tersebar sampai ke seluruh penjuru dunia. Dilansir dari Reuters, China dianggap lamban dan terkesan menutup-nutupi. Menurut Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien, jika China lebih tanggap dan lebih transparan, dunia punya waktu 2 bulan untuk mengantisipasi wabah.

Tak terima disalahkan AS, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian balik menuding AS yang dianggapnya tidak transparan. Tak sampai di situ, ia melontarkan teori konspirasi yang menuduh militer AS 'menyelundupkan' Virus Corona ke Wuhan.

"Kapan dimulainya pasien nol di AS? Berapa banyak yang terjangkit? Apa saja nama rumah sakitnya? Mungkin saja militer AS yang membawa epidemi ini ke Wuhan. Ayo transparan! Publikasikan data kalian! AS berutang penjelasan pada kita!" tulis Zhao di Twitter.

Menurut Zhao, SARS-CoV-2 berasal dari AS, alih-alih dari pasar ikan Huanan, Wuhan, tempat pertama kali virus ini merebak. Tudingannya itu dikaitkan dengan temuan para peneliti dari Kebun Raya Tropis Xishuangbanna di bawah Akademi Sains China dan Institut Penelitian Otak China. Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan pada 20 Februari, disebutkan Virus Corona jenis baru ini tidak berasal dari pasar ikan Huanan. Meski menyebar cepat di pasar tersebut, virus penyebab COVID-19 ini 'diimpor' dari tempat lainnya.

Zhao lantas menghubungkannya dengan ditutupnya laboratorium biologi militer Fort Detrick di Maryland, AS, pada awal Agustus 2019 dan kedatangan kontingen militer AS dalam Kompetisi Olahraga Militer Dunia yang diadakan pada Oktober 2019 di Wuhan. Ia juga mengunggah tautan sebuah laman teori konspirasi untuk menguatkan dugaannya.

Diberitakan The Independent pada 6 Agustus 2019, laboratorium Fort Detrick memang dipaksa otoritas untuk menghentikan semua penelitian yang melibatkan virus dan patogen mematikan. Pasalnya, otoritas khawatir terjadi kebocoran limbah terkontaminasi dari fasilitas tersebut. Di masa perang, laboratorium ini pernah menjadi pusat pengembangan senjata biologis. Namun, sejak 1969, AS telah menghentikan seluruh program pengembangan senjata biologis, tetapi laboratorium Fort Detrick tetap digunakan untuk meneliti patogen mematikan, termasuk virus Ebola, cacar, dan antraks.

Setelah kegiatan penelitian berbahaya di Fort Detrick dihentikan pada awal Agustus 2019, kontingen militer AS datang ke Wuhan pada Oktober 2019 untuk berpartisipasi dalam Kompetisi Olahraga Militer Dunia. Dalam laman teori konspirasi yang ditautkan Zhao, diduga Virus Corona diselundupkan dari Fort Detrick melalui rokok elektrik (vape) ke Hawaii lalu ke Wuhan.

Teori konspirasi ini membuat Presiden AS Donald Trump berang. Tak tinggal diam, Trump membalasnya dengan menyebut COVID-19 sebagai 'virus China'. Sontak orang nomor satu di AS ini dinilai rasis. Tetapi kemudian, tudingan rasis ini dibantahnya.

"Itu tidak rasis sama sekali. Virus ini datangnya dari China. Saya hanya ingin menegaskannya dengan akurat. Saya mencintai semua orang di negeri ini. Namun, harus kalian tahu, China berusaha menggiring pandangan kalau penyebabnya adalah tentara AS. Itu tidak akan terjadi selama saya presidennya. Virus ini datangnya dari China," terang Trump, dilansir dari CNN.

Presiden 73 tahun ini pun menegaskan kalau teori konspirasi yang dipaparkan Zhao adalah hoaks.

"Saya kecewa China mengatakan militer kita membawanya kepada mereka. Militer kita tidak mengirimnya kepada siapapun. China menyebarkan informasi yang salah. Daripada berdebat, saya lebih baik mengingatkan lagi dari mana datangnya virus ini. Itu benar-benar datang dari China. Jadi, menurut saya tidak salah menggunakan istilah 'virus China'," sambungnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Mike Ryan berusaha menengahi perseteruan 2 negara ini.

"Virus itu tak kenal negara dan tak peduli apa etnis Anda, warna kulit Anda, atau berapa banyak uang yang Anda punya. Kita harus hati-hati dengan bahasa yang kita pakai. Ini waktunya untuk solidaritas. Ini waktunya untuk memberikan fakta. Ini waktunya untuk bergerak bersama-sama," ajaknya.[]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA