Begini Cara Virus Corona COVID-19 Menyerang Tubuh Manusia

Begini Cara Virus Corona COVID-19 Menyerang Tubuh Manusia

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Saat ini, penyebaran virus Corona COVID-19 telah mencapai lebih dari 116 ribu kasus baru secara global dengan lebih dari 4 ribu kematian. Para ahli kesehatan membunyikan alarm peringatan tentang potensi penularan virus secara luas.

Dilansir laman IFL Science yang melakukan wawancara dengan pakar kesehatan untuk memahami bagaimana kemampuan virus Corona baru, menyerang tubuh manusia mengatakan bahwa virus ini mirip tetapi berbeda dengan sindorm pernapasan akut parah (SARS).

Sama seperti flu, COVID-19 dimulai di paru-paru dan menyebar melalui tetesan air ketika seseorang bersin atau batuk. WHO melaporkan bahwa SARS menyerang tubuh dalam tiga fase, yaitu replikasi virus, hiperaktif imun, dan perusakan paru-paru, yang tampaknya mirip dengan bagaimana COVID-19 menyerang tubuh manusia.

Penelitian awal menunjukkan COVID-19 bereplikasi secara efisien di saluran pernapasan bagian atas. Orang yang terinfeksi menghasilkan sejumlah besar virus pada awal infeksi dan penelitian baru mengungkapkan bahwa masa inkubasi infeksi adalah 5,1 hari.

COVID-19 hadir dalam tiga pola infeksi, yaitu dimulai dengan penyakit ringan dan gejala saluran pernapasan atas, kemudian diikuti oleh pneumonia. Setelah sekitar satu minggu, pneumonia berat dengan sindrom gangguan pernapasan akut dapat berkembang dengan cepat dan kadang-kadang membutuhkan alat bantu pernapasan.

Ketika terinfeksi, tubuh memicu respons sitokin di mana sel-sel kekebalan menyerang virus. Dalam beberapa kasus, virus dapat memicu respons yang terlalu reaktif dari sistem kekebalan tubuh, yang selanjutnya dapat menghambat upaya pemulihan.

Juru bicara WHO Carla Drysdale mengatakan bahwa gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, atau diare ringan.

Meski begitu, ada beberapa orang yang terinfeksi tidak mengalami gejala apa pun dan merasa baik-baik saja, sementara sekitar 80 persen orang sembuh dari penyakit tanpa memerlukan perawatan khusus.

“Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang terkena COVID-19, sakit parah dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung, atau diabetes, lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit menjadi lebih serius. Sekitar 2 persen orang dengan penyakit ini telah meninggal dunia," ucap Drysdale.

Pedoman manajemen klinis saat ini merekomendasikan pasien untuk keluar dari rumah sakit setelah dua hasil negatif berturut-turut setidaknya dalam 24 jam.

Saat ini, ada periode sekitar 20 hari antara timbulnya gejala dan pemulihan penuh, tetapi Drysdale mencatat bahwa COVID-19 adalah penyakit baru, dan para ahli membutuhkan lebih banyak data epidemiologis untuk menentukan apakah seseorang telah kebal setelah infeksi.

Ini juga tidak akurat untuk membandingkan COVID-19 dengan virus influenza tahunan. Drysdale mengatakan bahwa COVID-19 adalah virus unik dengan karakteristik unik.

Baik COVID-19 dan influenza menyebabkan penyakit pernapasan dan menyebar dengan cara yang sama, yaitu melalui tetesan kecil cairan dari hidung dan mulut seseorang yang sakit, tetapi ada perbedaan penting antara keduanya.

"Pertama, COVID-19 tidak mentransmisikan seefisien influenza, dari data yang kami miliki sejauh ini. Dengan influenza, orang yang terinfeksi tetapi belum sakit adalah pendorong utama penularan, yang tampaknya bukan kasus COVID-19. Bukti dari China adalah bahwa hanya 1 persen dari kasus yang dilaporkan tidak memiliki gejala, dan sebagian besar dari kasus tersebut melaporkan gejala dalam 2 hari," jelas Drysdale.

Selain itu, saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19. Di sisi lain, para pakar saat ini telah memperingatkan bahwa COVID-19 sudah menjadi pandemi.

WHO telah menyatakan COVID-19 sebagai "darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional".

Para ahli mengatakan, perlindungan terbaik terhadap COVID-19 adalah intervensi non-farmasi, langkah-langkah pencegahan seperti mencuci tangan secara menyeluruh, menutupi mulut saat batuk, dan bersin dengan tisu, mendisinfeksi permukaan di sekitar rumah dan ruang kerja, dan menghindari kontak dengan orang-orang yang diketahui sakit.[sc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita