Mengundurkan Diri, Mahathir Menguji Malaysia

Mengundurkan Diri, Mahathir Menguji Malaysia

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengunduran diri Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang secara tiba-tiba sangat mengejutkan publik.

Terlebih, pada saat yang sama, Senin (24/2), Presiden Partai Bersatu, Tan Sri Muhyiddin Yassin pun mengumumkan keluarnya partai yang menaungi Mahathir itu dari koalisi pemerintahan Pakatan Harapan (PH).

Dinamika politik dalam negeri di Malaysia saat ini memang tengah dilirik, lantaran adanya isu perpecahan dalam koalisi PH. Di mana Mahathir berusaha untuk keluar dari PH, dan hal itu terbukti pada hari ini.

Pengunduran diri Mahathir dan Partai Bersatu secara otomatis membuat koalisi PH terancam bubar. Kabar yang santer beredar, nantinya PH yang terdiri dari Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Aksi Demokratik (DAP), Partai Bersatu, dan Partai Amanah akan terpecah menjadi dua kubu.

Partai Bersatu yang dibidani Mahathir Mohamad diperkirakan akan membentuk koalisi baru bersama dua partai oposisi yang tergabung dalam aliansi politik Barisan Nasional, yaitu Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Partai Islam se-Malaysia (PAS).

Gabungan Partai Serawak (GPS) serta beberapa partai kecil lainnya yang mengekor Mahathir juga disebut bakal gabung ke dalam koalisi baru ini. Dengan pengalamannya, tentu tidak akan sulit bagi Mahathir untuk mendapatkan dukungan.

Di sisi lain, internal PKR pun tengah dilanda krisis. Saat ini ada dua kubu di sana. Yakni kubu Presiden PKR Anwar Ibrahim (suami Wakil Perdana Menteri Datuk Seri Dr Wan Azizah Wan Ismail) dan kubu Wakil Presiden PKR, Mohamed Azmin Ali.

Nah, dalam koalisi baru Mahathir, Azmin Ali diperkirakan akan bergabung. Sehingga suara PKR di Parlemen tidak lagi menjadi mayoritas. Isunya, koalisi masa depan ini sudah punya total 130 kursi di Parlemen. Lebih dari cukup untuk membentuk pemerintahan di mana minimal kursi harus 112 dari total 222 kursi.

Sementara jika PH masih bertahan pun, rasanya sulit untuk membentuk pemerintahan. Seorang Dosen Studi Internasional Universitas Malaysia Utara (UUM), Profesor Dr Mohd Azizuddin Mohd Sani mengatakan, jika PH bertahan, maka hanya bisa menguasai Penang yang selama ini memang mendukung DAP.

Pengunduran Diri Mahathir

Dalam keterangan yang dirilis oleh Putrajaya, disebutkan bahwa Mahathir telah mengajukan surat pengunduran dirinya kepada Yang Dipertuan Agong pukul 1 siang tadi.

Apa yang menyebabkan pengunduran diri Mahathir secara tiba-tiba dari penguasa Malaysia selama puluhan tahun ini?

Jika ditelusuri lebih dalam, pengunduran diri ini dilakukan setelah Anwar Ibrahim menagih janji Mahathir untuk memberikan jabatan Perdana Menteri kepadanya.

Sayangnya, Mahathir sendiri diketahui tidak begitu menyukai Anwar. Terlebih dengan segudang kasus yang pernah melilit Anwar, termasuk kasus sodomi dan pelecehan seksual.

Alih-alih memilih Anwar, Mahathir ternyata lebih menyukai Azmin yang masih berusia 55 tahun. Jauh dengan Anwar Ibrahim yang berusia 72 tahun.

Koalisi yang dilakukan oleh Mahathir dengan Anwar sendiri dilakukan dengan alasan yang sederhana. Karena pada saat itu, Partai Bersatu yang dibidani Mahathir masih jadi partai guram di perpolitikan Malaysia.

Hanya Menguji

Mahathir sendiri pada dasarnya tidak bisa meninggalkan kursi Perdana Menteri sebelum Yang Dipertuan Agong menyetujui surat pengunduran dirinya.

Dengan pengunduran diri secara tiba-tiba yang dilakukan oleh Mahathir, hanya ada dua opsi yang bisa dipilih oleh Yang Dipertuan Agong. Pertama, menyetujui pengunduran diri Mahathir dan menerima Anwar Ibrahim. Kedua, mempertahankan pria 94 tahun tersebut.

Tapi apakah Yang Dipertuan Agong cukup mempercayai Anwar Ibrahim untuk memegang jabatan tersebut? Terlebih, jika Mahathir mengundurkan diri, semua jabatan menteri, termasuk Menteri Kabinet, Menteri Besar, Ketua Menteri, dan Exco Negeri juga harus dikosongkan.

Ini tentu bukan hanya menguji Yang Dipertuan Agong. Lebih lanjut, Mahathir tampak seperti menguji Malaysia. Apakah rakyat masih menginginkan dirinya? Atau Anwar Ibrahim?

Strategi ini tentu tidak akan bisa dilakukan tanpa pengalaman memimpin sehebat dan seberani seorang Mahathir Mohamad. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita