Gelombang Evakuasi dari Wuhan China karena Corona

Gelombang Evakuasi dari Wuhan China karena Corona

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pemerintah akhirnya mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Kota Wuhan dan sekitarnya, Provinsi Hubei, China. Selain Indonesia, negara lain seperti Prancis, Korea Selatan dan Jerman melakukan hal yang sama. Bahkan Amerika Serikat, Inggris, Selandia Baru telah melakukannya terlebih dulu.

Pesawat udara militer hingga milik maskapai swasta dikerahkan beramai-ramai untuk mengeluarkan masing-masing warga negaranya di 'kota mati' tersebut. Sebagaimana diketahui, aktivitas masyarakat di Wuhan lumpuh lantaran wabah virus corona.

Indonesia
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melepas kepergian tim penjemput WNI di Provinsi Hubei, China. Tercatat sebanyak 245 WNI yang akan dievakuasi dari Kota Wuhan dan sekitarnya.

"Jumlah WNI yang akan kembali adalah 245 plus 5 (orang) tim kita yang sudah ada di lapangan ikut pulang untuk ikut protokol kesehatan. Jadi total yang akan naik dari Wuhan adalah 250," kata Menlu Retno di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Sabtu (1/2/2020).

Retno mengatakan WNI yang ada di Hubei telah bergerak menuju ke bandara internasional di Wuhan. Beberapa titik WNI ada di Enzi, Zinzou, dan Xianjing.

Terawan kemudian menyampaikan WNI yang dievakuasi adalah yang dinyatakan tak terjangkit virus corona. Meski begitu, para WNI tetap akan menjalani proses transit observation setiba di Tanah Air. Transit observation merupakan protokol evakuasi dari organisasi kesehatan dunia, WHO.

"Nanti akan kami lakukan transit observation sesuai protokol WHO," ujar Terawan.

Terawan menerangkan syarat evakuasi para WNI adalah menjalani tahap screeening dan clearing. "Untuk dipastikan di sana bahwa yang kita bawa pulang adalah yang sehat," imbuh Terawan.

Pemerintah menggunakan pesawat komersil, Batik Air, untuk misi kemanusiaan ini. Pesawat yang bertolak dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, siang tadi tiba di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, pukul 19.00 waktu setempat.

Prancis
Pemerintah Prancis memutuskan mengevakuasi warganya dari Wuhan, Hubei, China karena positif terjangkit virus corona. WN yang tidak disebutkan namanya itu dievakuasi menggunakan pesawat ke Marseille, Prancis.

"Orang itu dipindahkan ke Rumah Sakit Timone dan langsung diobservasi," kata Menteri Kesehatan Prancis, Agnes Buzyn, Seperti dilansir AFP, Sabtu (1/2/2020).

Evakuasi WN Prancis itu sendiri dilakukan pada Jumat (31/1). Dia akan dibawa terlebih dulu ke pangkalan militer di selatan Kota Marseille.

Pesawat yang dikerahkan Pemerintah Prancis merupakan yang pertama diterbangkan untuk misia evakuasi di Wuhan. Selain warga yang diduga terjangkit virus Corona itu, ada 179 orang warga Prancis lainnya yang juga dievakuasi.

Sebanyak 179 orang itu kemudian akan di karantina di selama dua minggu. Hasil pemeriksaan sementara, ratusan orang tersebut bebas dari gejala virus Corona.

"Jika ada warga yang memiliki gejala, mereka akan dipulangkan dengan penerbangan medis tertentu." tutur Buzyn.

Korea Selatan
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) telah selesai melakukan evakuasi sekitar 700 warganya dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang menjadi pusat wabah virus corona. Proses evakuasi dilakukan menggunakan pesawat carter.

Seperti diberitakan kantor berita Korsel, Yonhap dan dilansir AFP, Sabtu (1/2/2020), sebuah pesawat yang mengangkut 330 warga Korsel dari Wuhan, telah mendarat di Seoul, Korsel pada Sabtu (1/2) pagi waktu setempat.

Sehari sebelumnya, pesawat carter yang membawa 368 warga Korsel dari Wuhan juga telah tiba di negeri ginseng itu. Pesawat Boeing 747-400 tersebut mendarat di Bandara Internasional Gimpo di Gimpo, sebelah barat Seoul pada Jumat (31/1) sekitar pukul 08.00 waktu setempat.

Pemerintah Korsel sebelumnya menyatakan bahwa tak ada satupun dari warga yang dievakuasi itu menunjukkan gejala sakit sebelum keberangkatan. Namun akhirnya satu orang tak bisa naik pesawat dikarenakan demam usai pemeriksaan final di bandara Wuhan.

Sedangkan 18 orang lainnya langsung dibawa ke rumah sakit setibanya di Korsel karena menunjukkan gejala-gejala penyakit coronavirus.

"Ada standar pemeriksaan yang berbeda antara China dan kami, dan kami melakukan pemeriksaan lagi di pesawat dan menempatkan mereka yang menunjukkan gejala di ruang terpisah di lantai dua pesawat," kata Wakil Menteri Kesehatan Korsel, Kim Gang-lip.

Pemerintah Korsel telah menetapkan dua fasilitas di Asan dan Jincheon, dua kota yang berjarak sekitar 80 km selatan Seoul sebagai tempat untuk mengkarantina warga Korsel yang baru dievakuasi dari Wuhan. Selama 14 hari ke depan, mereka tak akan diizinkan meninggalkan fasilitas karantina tersebut dan setiap kunjungan dari pihak luar akan dilarang sepenuhnya.

Sejauh ini sudah 12 kasus terkonfirmasi virus corona yang tercatat di Korsel.

Jerman
Pemerintah Jerman memutuskan mengevakuasi warganya, warga asing yang bekerja di perusahaan milik Jerman serta masing-masing keluarganya dari Wuhan dan kota lain di Provinsi Hubei, China. Warga dievakuasi menggunakan pesawat militer.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan mereka akan tiba di Jerman hari ini (01/02). Dia mengatakan, pesawat militer Jerman itu juga membawa bantuan untuk China, termasuk 10.000 pakaian pelindung yang dibutuhkan di lokasi.

Menurut laporan kantor berita Jerman DPA, jumlah warga yang dievakuasi sekitar 130 orang. Mereka terdiri dari sekitar 90 warganegara Jerman dan 40 warganegara lain yang punya kaitan dengan Jerman.

Setibanya di Jerman, para penumpang akan dikarantina untuk mencegah kemungkinan penyebaran virus. Karantina akan berlangsung sesuai masa inkubasi virus corona.

Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan beberapa barak militer Jerman akan digunakan sebagai lokasi karantina. Heiko Maas menjelaskan karantina dilakukan sebagai langkah hati-hati.

Inggris
Pemerintah Inggris telah mengevakuasi warganya dari kota Wuhan, China. Pesawat yang dikirimkan pemerintah Inggris akhirnya bisa berangkat dari Wuhan, setelah sempat tertunda karena belum mendapat izin dari otoritas China.

Seperti dilansir CNN, Jumat (31/1/2020), Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris menyebut satu pesawat carter yang dikirimkan pemerintah Inggris telah lepas landas dari Wuhan, pada Jumat (31/1) pagi, sekitar pukul 09.45 waktu setempat.

Pesawat itu mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Brize Norton, London bagian barat laut, Inggris. Kementerian Luar Negeri Inggris menyatakan di dalam pesawat itu ada 110 orang yang terdiri dari 83 warga Inggris dan 27 warga negara asing (WNA) yang tidak disebut asal kewarganegaraannya. Ada juga beberapa petugas medis di dalam pesawat untuk membantu para penumpang.

Kementerian Luar Negeri Inggris menambahkan bahwa pesawat itu akan melanjutkan penerbangan ke Spanyol, setelah mendarat di Inggris. Di Spanyol, negara-negara Uni Eropa akan bertanggung jawab atas warganya yang ada di pesawat itu.

"Ini adalah kabar baik bahwa penerbangan evakuasi kita sekarang telah meninggalkan Wuhan. Kami tahu betapa sulitnya situasi bagi mereka yang ingin pergi. Kami telah bekerja sepanjang waktu untuk membuka jalan bagi evakuasi yang aman. Kondisi orang-orang yang terjebak dan keselamatan publik menjadi prioritas utama kami," ucap Menteri Luar Negeri, Dominic Raab, dalam pernyataannya.

Pemerintah Inggris menyatakan bahwa setiap orang yang dipulangkan dari Wuhan akan 'dikarantina dengan aman' selama dua minggu dan mendapatkan seluruh perawatan medis yang diperlukan

Amerika Serikat (AS)
Nyaris 200 warga Amerika Serikat (AS) yang baru dipulangkan dari Wuhan, China, menjalani karantina selama 72 jam di sebuah pangkalan militer AS di California. Seperti dilansir Reuters, Kamis (30/1/2020), sekitar 195 warga AS yang sebagian besar diplomat dan anggota keluarganya telah dievakuasi dengan menggunakan sebuah pesawat yang dicarter pemerintah AS.

Pesawat tersebut berhenti di Alaska pada Selasa (28/1) malam waktu setempat untuk mengisi bahan bakar, sebelum melanjutkan penerbangan ke March Air Reserve Base yang berjarak 97 kilometer sebelah timur Los Angeles. Sejumlah pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan, 195 warga AS itu telah diperiksa secara medis oleh otoritas China dan para pejabat Departemen Luar Negeri AS sebelum diterbangkan dari Wuhan. Mereka juga diperiksa oleh tim CDC saat mendarat di Alaska.

"Saya secara pribadi berbicara dengan mereka ketika mereka turun dari pesawat dan menjalani pemeriksaan pertama. Mereka senang ada di sini. Mereka sangat kooperatif dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan," ucap Wakil Direktur Pusat Nasional untuk Penyakit Menular dan Zoonosis pada CDC, Dr Christopher Braden, dalam konferensi pers.

Singapura
Sekitar 92 warga Singapura baru saja tiba dari Wuhan, China, yang menjadi pusat wabah virus corona. Warga Singapura yang dipulangkan tidak mengalami gejala virus corona, namun akan menjalani karantina sebelum diperbolehkan beraktivitas di tengah publik.

Seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (30/1/2020), puluhan warga Singapura ini tiba pada Kamis (30/1) pagi waktu setempat. Mereka menumpang penerbangan maskapai Scoot yang secara khusus terbang dari Wuhan menuju Singapura pukul 07.00 waktu setempat dan mendarat di Bandara Changi pukul 11.40 waktu setempat.

"Sebanyak 92 warga Singapura tiba di Singapura dari Wuhan, Hubei, dengan penerbangan Scoot TR121 pagi ini," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Singapura (MFA) dalam pernyataannya.

Dalam pernyataan terpisah, Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong, menyatakan bahwa beberapa warga Singapura tidak bisa ikut pulang karena telah mengalami gejala-gejala virus corona, seperti demam, kesulitan bernapas dan batuk-batuk.

Disebutkan Wong bahwa 'tidak aman' bagi mereka untuk berada di dalam pesawat yang sama dengan 92 warga Singapura yang dipulangkan pada Kamis (30/1) waktu setempat.

"Tapi bagaimanapun juga, saya pikir sebagian besar dari mereka telah kembali dan mereka tidak mengalami gejalanya, tapi untuk amannya, mereka semua akan dikarantina," kata Wong dalam pernyataannya kepada wartawan setempat.

"Bagi mereka yang tetap tinggal (di Wuhan) ... kedutaan besar kami terus berkomunikasi dengan mereka semua, untuk memastikan kondisi mereka, untuk memastikan bahwa mereka baik-baik saja," imbuhnya.

"Beberapa mengalami gejalanya dan mereka mungkin harus tetap dikarantina di China, tapi kami tetap berkomunikasi dengan mereka. Saya tidak tahu jumlahnya tapi tidak begitu banyak -- sebagian besar sudah kembali," ujar Wong.(dtk)


BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita