Sultan HB X soal Pramuka 'Islam Yes Kafir No': Indonesia Tak Ada Kafir

Sultan HB X soal Pramuka 'Islam Yes Kafir No': Indonesia Tak Ada Kafir

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Seorang pembina pramuka asal Gunungkidul sedang ramai dibicarakan. Musababnya, pembina itu mengajarkan yel-yel tepuk Pramuka ‘Islam Yes Kafir No’ saat mengikuti praktik Kursus Mahir Lanjutan (KML) yang diadakan Kwarcab Pramuka Kota Yogyakarta di SD Negeri Timuran, Yogyakarta Jumat (10/1). 

Terkait hal tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X angkat bicara. Dia menjelaskan bahwa yel-yel seperti itu tidak pada tempatnya. 

“Itu tidak betul, bukan tempatnya di situ dan tidak perlu mengatakan seperti itu. Di Indonesia tidak ada kafir,” tegas Sultan saat di Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), Jalan Kaliurang Km 14,5, Kabupaten Sleman, Selasa (14/1). 

Sultan mengaku menyesal ada peristiwa seperti ini di wilayahnya. “Ya, nanti kita lihat saya baru dengar inilah. Tapi saya sangat menyesali di Pramuka terjadi seperti itu,” kata dia. 

Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, mengatakan pembina Pramuka yang bersangkutan akan segera dipanggil. 

Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta itu menjelaskan pembina Pramuka yang mengajarkan tepuk Pramuka 'Islam Yes, Kafir No' itu bukan dari kwarcab Kota Yogyakarta, tetapi dari Gunungkidul. Pembina itu sedang mengikuti KML yang dibuka terbuka dan diikuti 25 peserta. 

“Yang bersangkutan dari Gunungkidul. Kami buka (KMl) ini secara terbuka, pesertanya itu dari Yogya kota ada, Sleman ada, Bantul ada, Gunungkidul ada, Magelang ada. Macam-macam pesertanya. Jadi pembina-pembina jumlahnya 25 sesuai dengan golongan masing-masing. Ada siaga, penggalang, penegak, dan sebagainya,” ujar Heroe saat dihubungi, Senin (13/1). 

Heroe mengaku tidak mengetahui secara rinci tentang pembina pramuka tersebut. Hanya saja, yel-yel yang dia ajarkan itu merupakan inisiatif pribadi. Saat micro teaching dan pengajaran juga tidak diajarkan yel-yel Pramuka berbau sara itu. 

“Nah tiba-tiba peserta ini menyampaikan tepuk seperti itu. Pembina setempat pada saat itu setelah mendapat laporan dari salah satu yang ada di sana kemudian diakhir (acara) salah satu wakil ketua kwarcab menyatakan pada peserta pada anak-anak bahwa tepuk itu tidak ada dan dianggap tidak ada. Sekaligus menyampaikan permintaan maaf karena membuat tidak nyaman,” ujarnya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita