Pentagon Sebut Rudal Iran Tak Tertandingi di Timur Tengah

Pentagon Sebut Rudal Iran Tak Tertandingi di Timur Tengah

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Terlepas dari beberapa sanksi yang sudah dijatuhkan bertahun-tahun, Iran berhasil mengembangkan persenjataan misilnya. Bahkan, persenjataan ini lebih besar dari negara di Timur Tengah lain termasuk Israel.

"Iran memiliki program pengembangan rudal yang luas, dan ukuran dan kecanggihan pasukan misilnya terus tumbuh meskipun puluhan tahun upaya kontra-proliferasi bertujuan untuk menahan kemajuannya," demikian laporan Badan Intelijen Pertahanan Pentagon, seperti dilaporkan AFP, Rabu (20/11/2019).

Studi itu menyatakan, Iran menganggap rudal sebagai kebutuhan strategis karena keterbatasan angkatan udara mereka. Hingga kini, di angkatan udaranya, Iran masih memiliki beberapa pesawat AS diperintahkan oleh Shah, yang digulingkan pada 1979.

"Karena tidak memiliki angkatan udara modern, Iran menganggap rudal balistik sebagai kemampuan serangan jarak jauh untuk mencegah musuh-musuhnya di wilayah tersebut -khususnya Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi- dari menyerang Iran," isi laporan itu.

"Iran memiliki kekuatan rudal terbesar di Timur Tengah," kata laporan itu.

Seorang pejabat intelijen AS mengatakan dengan syarat anonim bahwa penilaian itu dilakukan terhadap negara-negara di Timur Tengah termasuk Israel.

Laporan itu menyebut, Iran mengembangkan serangkaian rudal yang dapat menyerang pada jarak 1.250 mil (2.000 kilometer) -yang mampu mencapai Israel atau Arab Saudi.

Iran pada 2017 memamerkan rudal Khoramshahr sejauh 1.250 mil, yang dapat membawa banyak hulu ledak. Studi Pentagon, sejalan dengan cuitan Presiden Donald Trump kala itu, mengatakan rudal tersebut diduga menggunakan teknologi dari Korea Utara.

Namun studi Pentagon menyatakan Iran menghabiskan lebih sedikit anggaran untuk militernya, sekitar 20,7 miliar dolar dianggarkan pada 2017.

Ekonomi Iran berada di bawah tekanan yang meningkat sejak Trump tahun lalu menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi-sanksi besar.

Christian Saunders, seorang ahli Iran di Badan Intelijen Pertahanan, memperingatkan dampak jika embargo senjata atas Iran dicabut tahun depan.

"Pembatasan ini akan berakhir pada Oktober 2020, memberikan Teheran kesempatan memperoleh beberapa kemampuan canggih yang berada di luar jangkauannya selama beberapa dekade," kata Saunders.

Republik Islam itu menghadapi sanksi PBB dan tidak bisa mengimpor sebagian besar senjata sejak 2006. Namun embargo itu akan berakhir lima tahun setelah implementasi kesepakatan nuklir.

Kesepakatan itu, yang dicapai Iran pada 2015 dengan pemerintahan mantan presiden Barack Obama serta Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia, merupakan dukungan setelah Trump meninggalkan kesepakatan; dan ketika Iran mengambil memberontak sebagai protes atas sanksi yang berkelanjutan.

Seorang pejabat intelijen AS memperkirakan Iran akan berkonsentrasi pada pengadaan jet tempur dan tank tempur. Rusia dan China kemungkinan besar jadi pemasoknya. [nw]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita