Mahasiswa Peserta Demo yang Makan Kena Sweeping Polisi, Haris Azhar: Makan Sudah Dilarang Jam Itu?

Mahasiswa Peserta Demo yang Makan Kena Sweeping Polisi, Haris Azhar: Makan Sudah Dilarang Jam Itu?

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Haris Azhar mempertanyakan perihal adanya peserta aksi demonstrasi yang saat sedang makan di-sweeping oleh aparat kepolisian.

Dilansir TribunWow.com, hal itu diungkapkan Haris saat menjadi narasumber dalam program 'Mata Najwa', yang diunggah channel YouTube Najwa Shihab, Rabu (25/9/2019).

Mulanya ia mengaku melihat pemicu kerusuhan di demo mahasiswa terjadi.

Ia menuturkan siraman water canon dari aparat kepada mahasiswa yang memulai kericuhan.

Lantas ia juga menanyakan adanya sweeping yang dilakukan oleh petugas kepada peserta demo.

"Ini orang di-sweeping apa ya? Kalau di-sweeping di lapangan berarti OTT kalau kata KPK. Melakukan tindak pidana, atau mencegah," kata Haris.

"Mereka itu lagi di Benhil, di rumah makan, saya dapat videonya. Sweeping. Apakah makan sudah dilarang pada jam tersebut di republik ini? Saya juga enggak ngerti Pak Moeldoko," paparnya.

Sedangkan saat itu, ia mendapati kabar pada Rabu (25/9/2019) malam, ada sejumlah mahasiswa yang tertahan di kantor polisi dan tak bisa dijenguk.

"Dan sampai satu setengah jam yang lalu saya dapat update dari teman-teman di kuasa hukum untuk mahasiswa, mereka tidak boleh masuk ke dalam kantor polisi," papar Haris.

"Oke, kalau memang diperiksa sebagai saksi memang tidak perlu didampingi."

"Tetapi kalau ada keluarga yang minta atau menjenguk boleh dong," kata Haris.

Haris juga menyinggung mengenai adanya mahasiswa yang dipukuli.

Tak sampai di situ, ada pula jurnalis yang turut dipukul oleh aparat.

"Dan ada beberapa informasi tentang mahasiswa yang dipukuli, ada kawan yang tidak boleh meliput, mengambil gambar, ada yang digebuki. ada video yang saya dapat dan itu kita perlu klarifikasi yang lebih jauh," sebutnya.

"Dan Anda membaca itu sebagai apa Mas Haris?," tanya Najwa Shihab.

Haris mengaku berterimakasih kepada para mahasiswa.

"Saya pertama-trama mau bilang terimakasih buat mahasiswa, alarm demokrasi kita hidup," kata Haris membuat tepuk tangan di studio menggema.

"Republik ini utang budi, dan kita tidak bisa melihat ini sebagai, mohon maaf sesuatu yang biasa, makin baik, tidak," jelasnya.

"Ini soal rasa, Selo Soemardjan ahli sosiologi di UI bilang dalam masyarakat itu ada jiwa, ada jiwa yang abstrak," paparnya.

"Kalau dia dikapitalisir lalu diindikatorkan menjadi sebuah 'Demonstrasi satu jam saja ya' apa yang dilarang? RKUHP pasal mana ya?'," tutur Haris.

"Saya pikir buang-buang duit negara ini mensubsidi UGM sama ITB lalu anaknya cerdas seperti ini, mempresentasikan masyarakat, lalu datang ke negara hanya dibilang, 'oke sudah ya, saya terima aspirasinya, pulang ya, kalau enggak kawat saya gede-gede, brimob saya banyak, nanti Anda dijaga, direpresi, berbahaya buat Anda', bangsa ini enggak begitu," katanya.

Lihat videonya dari menit ke 8.17:



Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko membuat Presenter Najwa Shihab tersentak dan menanyakan adakah kesan merendahkan aksi mahasiswa yang memprotes sejumlah langkah pemerintah dan DPR RI.

Mulanya Moeldoko memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi.

Ia menilai demo merupakan hal yang biasa dihadapi pemerintah.

"Persoalan demo bukan persoalan yang haram bagi pemerintah, enggak. Bahkan dalam mengelola pemerintahan yang efektif, di kantor saya, saya buka KSP menengah," ujar Moeldoko.

Moeldoko menuturkan dirinya terbiasa menghadapi mahasiswa yang menggelar aksi.

"Kami biasa menghadapi teman-teman mahasiswa. Itu berhari-hari. Berbagai kelompok elemen masyarakat datang ke KSP, berdialog, marah, saya dengar, saya catat. Saya biarkan mereka berbicara. Saya enggak pernah interupsi, saya enggak pernah marah," ujarnya.

"Yang saya catat itu, pada kesempatan pertama saya bertemu presiden, saya lapor 'Pak presiden, saya telah menerima kelompok ini, apa yang dikatakan bahwa pemerintah kurang memberikan atensi. Mohon ini menjadi perhatian, presiden biasanya langsung 'Oke panggil menteri yang bersangkutan kita bicara'," ujar Moeldoko menirukan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) padanya.

Najwa Shihab lantas menanyakan bahwa saat ini eskalasi kritik mahasiswa tengah meningkat.

Ia menanyakan apakah ada indikasi lain yang dilihat pemerintah.

"Iya tapi kemudian sekarang kan ekalasinya meningkat, apakah itu artinya tidak tersampaikan, presidennya tidak mendengar? Atau ini sesuatu yang lain lagi, bagaimana Anda menilai eskalasi demo mahasiswa ini?," kata Najwa Shihab.

Moeldoko menyeletuk bahwa aksi yang digelar mahasiswa bisa sebagai bentuk nostalgia belaka.

"Mungkin teman-teman mahasiswa nostalgia juga kali ya. Karena sekian lama enggak pernah bertemu kan begitu," jawab Moeldoko.

Mendengar ucapan Moledoko Najwa Shihab tersentak dan menanyakan balik.

Ia juga menanyakan kepada Moeldoko apakah dirinya memiliki kesan merendahkan mahasiswa.

"Hanya nostalgia ini Pak Moel dinilainya? Saya tanya ini hanya nostalgia kah teman-teman?," tanya Najwa Shihab.

Moeldoko lantas tertawa.

"Ya penting juga," kata Moeldoko lirih.

"Ada kesan merendahkan mahasiswa ini? Kok hanya dibilang nostalgia?," kata Najwa Shihab mengerutkan dahi.

"Bukan merendahkan, mungkin mereka sekian lama enggak turun ke lapangan," jawab Moeldoko singkat.

"Saya tidak tahu saya ingin tanya ke mahasiswa," kata Najwa Shihab.

"Na, dulu ada buku pesta dan cinta, itu biasa aja itu," celetuk Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah yang turut hadir dalam Mata Najwa.

"Biasa? Jadi suara ini biasa?," tanya kembali Najwa Shihab.

"Kaum pergerakan itu harus sering ketemu, perjuangkan," kata Fahri Hamzah menambakan.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Atiatul Muqtadir atau Fatur lantas menjawab bahwa Moeldoko dan Fahri Hamzah tak update.

Ia menuturkan bahwa setiap tahun mahasiswa telah menggelar aksi.

"Ada yang salah, kurang update ya Pak Moeldoko dan Bang Fahri Hamzah ini, karena kalau melihat sebenarnya aksi ini tiap tahun. Jadi enggak ada istilah mahasiswa tidur siang," ujarnya.

Moeldoko memotong bahwa maksudnya, demo yang dilakukan mahasiswa kali ini berskala lebih besar.

"Skalanya ini bos, skalanya ini kan biasanya kecil, ini skalanya besar, ini baguslah ini enggak apa," sebutnya.

Fatur lantas menyimpulkan, bahwa tuntutan yang lebih besar yang diajukan mahasiswa memperlihatkan pengelolaan pemerintah menurun.

"Ini artinya, peningkatan kualitas dan kuantitas tuntutan dari aksi mahasiswa ini, sejalan dengan menurunnya pengelolaan pemerintah," pungkas Fatur.

Mendengar hal itu Moeldoko lantas tertawa.

Lihat videonya dari menit ke 3.09:



[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita