Tampil di Jember Fashion Carnaval, Cinta Laura Tuai Kecaman dari MUI

Tampil di Jember Fashion Carnaval, Cinta Laura Tuai Kecaman dari MUI

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Aktris Cinta Laura, kembali menuai kontroversi. Kali ini, ia mendapat sorotan tajam dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember, saat Grand Carnaval Jember Fashion Carnaval (JFC) pada Minggu (4/8). MUI menilai pakaian yang dikenakan Cinta Laura kurang pantas ditampilkan di tengah masyarakat. Apalagi Jember dikenal sebagai kota yang religius. Dalam kesempatan itu, aktris yang membintangi sejumlah film di hollywood ini berparade mengenakan Hudoq, kostum dari Kalimantan Timur.

Menurut Ketua MUI Jember Prof. Abdul Halim Subahar, Yayasan JFC sebagai penyelenggara sekaligus penggagas desain busana untuk Cinta telah gagal memberikan tontonan yang baik. “Jauh-jauh datang ke Jember kok hanya pamer aurat,” ujar Abdul pada Senin (5/8).

Melalui ibundanya, Herdiana, Cinta Laura memberi penjelasan dan menyampaikan permohonan maaf.

“Saya selaku Mama Cinta minta maaf kalau menurut MUI dan FPI itu terlalu vulgar. Tapi ini kan tujuannya promosi pariwisata dan budaya Indonesia, jadi kita harus lihat dari sudut pandang berbeda,” ungkap Herdiana saat dihubungi, Rabu (7/8) malam.

“Ini kan sudut pandangnya kebudayaan dan pariwisata. Kita tidak menyalahkan siapa pun, kita hanya bersyukur karena Jember Fashion Carnaval sukses besar di Indonesia dan mancanegara,” sambungnya.

Event Director JFC Intan Ayundavira menegaskan, masing – masing orang memiliki standar sendiri mengenai batas kesopanan. Kata Intan, selama ini tidak ada aturan baku sejauh mana batas kesopanan tersebut.

“Bahkan kalau dikaitkan dengan budaya, kIta akan kesulitan menyebut apakah pakaian orang itu sopan atau tidak. Contoh, pakaian orang Jawa, kan seperti itu. Apalagi pakaian adat orang Papua, apakah kemudian kita menyebut mereka berpakaian tidak sopan? Kan tidak seperti itu,” terangnya.

Demikian juga ketika dikaitkan dengan aurat. Menurut Intan, persepsi menutup aurat masing-masing juga berbeda.

“Di kalangan muslim sendiri kan juga berbeda, ada yang bilang berhijab tetapi siluet bentuk tubuh terlihat, dianggap belum menutup aurat. Ada lagi yang beranggapan berhijab tapi tidak bercadar termasuk belum menutup aurat. Jadi persepsinya memang berbeda – beda,” kata Intan.

Oleh karena itu, Intan mengajak semua pihak untuk lebih bijak menyikapi hal ini. Menurutnya, masing-masing orang memiliki sudut pandang yang berbeda.

“Yang terpenting, JFC ini hadir dalam rangka menampung kreatifitas kaum muda di bidang model dan budaya, dan membawa nama Jember dan Indonesia di kancah Internasional. Dan Cinta Laura menjadi bagian yang sangat mendukung dalam gelaran JFC ini,” pungkas Intan.

Kehadiran Cinta Laura dalam Jember Fashion Carnaval adalah sebagai brand ambassador acara yang sudah memasuki tahun ke-18 penyelenggaraan. Kostum yang dibuat oleh Yayasan JFC tersebut, memungkinkan Cinta untuk memperlihatkan kaki jenjangnya. Inspirasinya adalah Hudoq, sejenis festival yang berupa tarian ungkapan syukur yang digelar oleh sub-etnis Dayak di Kalimantan Timur. [ns]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA