Pernyataan Mbak Rachmawati Tentang Bahaya Penumpang Terang, Sahih dan Historis

Pernyataan Mbak Rachmawati Tentang Bahaya Penumpang Terang, Sahih dan Historis

Gelora Media
facebook twitter whatsapp



SEJAK ramai soal penumpang gelap, saya tidak tertarik mengulas. Karena sebagai metode pergerakan politik, penumpang gelap itu nggak masuk hitungan.


Itu cuma upaya beberapa orang buat nyempil di barisan. Sebab sejatinya dia nggak punya kedudukan. Tapi pengen dipandang ada di barisan, dia nyari celah di antara kursi yang sudah terisi, lalu duduk di bangku yang bisa diduduki. Nyempil nyempil. Gitu lah kira2.

Jadi para pemain nyapun pastilah nggak berkelas. Jadi nggak mungkin punya pengaruh di internal partai.

Jadi kalau wacana ini dikembangluaskan seakan berbahaya, ya lucu aja sih.

Tapi ketika mbak Rachmawati angkat bicara soal penumpang terang, nah ini baru menarik. Sebab ini berarti, Mbak Rachma yang kebetulan sekarang masih Waketum Gerindra bidang ideologi, pasti omongannya nggak main-main. Beberapa penasehat dekatnya yang saya cukup dekat secara pribadi, sangat klotokan soal metode pergerakan politik. Dan akses informasinyapun terbukti dan teruji valid.

Guliran isu penumpang terang yang diwacanakan Mbak Rachma, pastilah beliau sedang berbicara suatu yang krusial yaitu infiltrasi dan penetrasi lawan ke jantung daerah kita. Bisa organisasi, termasuk partai, bahkan juga negara.

Infiltrasi dan penetrasi ke jantung lawan, nggak mungkin pakai penumpang gelap atau penyusup. Karena itu sama saja menerapkan metode berterang terang dalam gelap.

Berterang-terang dalam gelap, itu bertentangan dengan pakem Datuk Ibrahim Tan Malaka. Bergelap-gelap dalam terang. Bermain di sarang lawan. Berpisah buat menyusun. Bersama buat memukul.

Sebagai metode gerakan politik, ini dimainkan oleh kawan maupun lawan. Ini soal adu cerdas. Maka itu, wacana penumpang terang guliran Mbak Rachma itu menarik.

Sebab wacana ini oleh Mbak Rachma pastilah dimaksudkan untuk mewaspadai infiltrasi, penetrasi dan perembesan lawan ke jantung daerah kita.

Dengan metode infiltrasi, penetrasi dan perembesan, maka para aktornya pun tidak akan mengandalkan apa yang disebut penyusup atau penumpang gelap.

Sebab citra penumpang gelap biasanya orang baru kemarin sore gabung, dan posisinya pun pinggiran. Kalau nyaleg buat partai tertentu, dia dipasang di urutan yang mustahil berhasil. Jadi para aktor klas penumpang gelap model gini tidak berbahaya. Mbak Rachma benar. Karena modeil gini kalau jadi trouble maker gampang terdeteksi. Malah lebih parah lagi, jadi kambing hitam.

Maka, para aktor yang dipasang  sebagai infiltran, justru biasanya orang lama. Dan ditandem di sebuah organ pergerakan bahkan dari awal mula organ itu berdiri. Sangat dekat secara pribadi dengan pucuk pimpinan. Bahkan mungkin teman sejak muda atau remaja.

Sebab kunci keberhasilan infiltrasi dan penetrasi, kata kuncinya adalah trust. Kepercayaan. Jadi track record atau rekam jejak seorang inflitran justru harus orang yang berkiprah lama pada sebuah organ.

Ketika jelang meletus gerakan G30S 1965, Anda pasti tahu yang namanya Syam Kamaruzaman kan? Aidit begitu percayanya sama Syam, sehingga Aidit mau aja disuruh bikin Biro Khusus PKI. Sehingga seluruh operasi yang dilakukan Syam, hanya Aidit yang tahu.

Kenapa Aidit percaya sama Syam? Bagaimana nggak percaya kalau Syam lah yang  meloloskan Aidit dari Madiun keluar Indonesia dari Priok. Dan Syam juga yang menyelundupkan kembali Aidit ke Indonesia. Sehingga PKI bangkit dari keterpurukan. Dan masuk empat besar pemilu 1955.

Tapi anda tahu siapa Syam? Dia aktivis serikat pekerja di Tanjung Priok. Namun para mentor Syam justru bukan kader kader PKI. Tapi kader kader PSI. Yang mana pada pasca 1965 justru termasuk yang ikut barisan melengserkan Bung Karno melalui momentum G30S 1965.

Kembali ke peran syam dan biro khusus PKI. Syam dalam konstalasi internal politbiro maupun komite sentral PKI, dia dianggap penumpang terang. Lha wong jelas kok rekam jejak dan jasa masa lalunya.

Tapi inilah contoh sukses seorang inflitran sehingga Aidit dan Lukman begitu percaya sama dia. Sedangkan Sudisman curiga tapi nggak digubris.

Ketika Syam usul agar bentuk Biro Khusus sehingga semua operasi politik yang dirancang Syam hanya diketahui Aidit, Aidit nyangka itu gagasan brilyan untuk memperkuat posisi aidit di dalam tubuh partai.

Padahal gagasan tersembunyi yang gagal dibaca Aidit. Biro Khusus justru dibuat untuk mengisolasi Aidit dari para kader akar rumputnya sendiri. Jadi biro khusus dibuat sebagai sistem pelumpuhan internal PKI sebagai organ. Dan berhasil.

Begitu G30S dipatahkan Suharto,  Aidit yang seharusnya jadi tumpuan prakarsa politik agar PKI kembali pegang kendali, tiba tiba Aidit jadi orang paling plonga plongo di tubuh PKI. Apalagi anggota anggota Politbiro lainnya.

Dengan begitu, pernyataan Mbak Rachma tentang bahayanya penumpang terang, sahih dan historis. 

Hendrajit
Wartawan Senior 
(Rmol)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA