GELORA.CO - Front Pembela Islam menjadi ramai dibicarakan lantaran turut mengepung Asrama Mahasiswa Papua (AMP) pada Selasa (20/8). Mereka mengaku hadir saat itu lantaran diajak oleh Organisasi Masyarakat (Ormas) lainnya.
Ketua Front Pembela Islam (FPI) Surabaya, Mahdi Al Habsy membenarkan bahwa anggotanya mengikuti aksi pengepungan asrama mahasiswa Papua, Jumat (16/8). Namun pihaknya hadir lantaran diajak oleh Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-POLRI (FKPPI).
"Kan kita dari FPI cuma diajak sama FKPPI itu. Kan mereka yang jadi korlapnya. Kita diajak untuk berpartisipasi saja," ujarnya, Selasa (20/8).
Selain karena diajak, Mahdi mengatakan bahwa FPI juga tersulut emosinya akibat gambar bendera merah putih yang tergeletak di dalam selokan. Oleh karena itu mereka turut menggeruduk AMP, tempat bendera tersebut terbuang.
"Kita cuma terpanggil karena menginginkan NKRI tidak ternoda oleh gerakan separatis."
Berdasarkan pantauan di lokasi, beberapa orang memang nampak mengenakan segaram putih bertuliskan logo FPI. Namun Mahdi mengatakan bahwa kebanyakan yang turut serta menjadi massa hanya simpatisan FPI.
"Sebenarnya yang dari FPI cuma 3 orang. Yang lain simpatisan," tuturnya.
Selain itu, Mahdi memastikan bahwa anggota FPI tidak turut mengutarakan kata-kata rasisme yang diduga menyakiti perasaan penghuni asrama. Pasalnya perbuatan tersebut dilarang dalam organisasinya.
"Saya sendiri ngontrol anak-anak buah saya sama sekali gak ada kata-kata seperti itu. Mungkin orang lain atas nama FPI. Kita dilarang seperti itu karena kita tetap Indonesia satu bangsa," pungkasnya. [idn]