Mega-Prabowo Bertemu, Ulama Minta Tetap Ada Oposisi

Mega-Prabowo Bertemu, Ulama Minta Tetap Ada Oposisi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pertemuan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto dinilai menjadi pertemuan bersejarah karena mempertemukan dua nahkoda perpolitikan Indonesia. Namun Prabowo tetap diminta jadi oposisi.

Pandangan ini disampaikan dua ulama, yakni  Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Pimpinan Ponpes Tebuireng KH Sholahudin Wahid. Kedunya memberi pernyataan usai konferensi pers pembuatan film ‘Jejak Dua Ulama: KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari' di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Rabu (24/7).

“Kita menyambut positif pertemuan dua tokoh yang terjadi hari ini. Pertemuan ini tidak hanya menyambung persaudaraan dan silaturahim, namun ada pesan dan nilai kehidupan politik di dalamnya,” kata Haedar.

Menurut Haedar, bersuanya Megawati dan Prabowo menghadirkan kedamaian dalam kehidupan politik yang beberapa waktu terakhir ini penuh perbedaan.

Haedar berharap, kehadiran Ketua Umum PDIP dan Ketua Umum Partai Gerindra dalam satu meja itu menjadi jawaban cita-cita Indonesia di masa mendatang. Tidak hanya itu, Megawati dan Prabowo juga menjadi panutan bagi tokoh politik nasional lain agar bersatu dan bersama dalam keberagaman.

“Dengan begitu, para tokoh politik semakin penuh konsentrasi dan komitmen mensejahterakan rakyat sesuai cita-cita Indonesia yang bersatu dan berdaulat adil makmur,” lanjutnya.

Namun Haedar melihat kemungkinan Prabowo dan pendukungnya menjadi oposisi sebagai sesuatu yang wajar. Sebab oposisi sangat diperlukan dalam kehidupan berdemokrasi saat ini. Pemerintah memerlukan mitra untuk mengkritik, memberi masukan, dan mengontrol kebijakan.

Menurutnya, tiga tugas tersebut bisa dilakukan oleh partai politik, bukan organisasi masyarakat (ormas). “Ormas hanya bisa memberi kekuatan di masyarakat dalam hal mencerdaskan dan mencerahkan secara moral,” ucapnya.

Adapun KH Sholahudin Wahid memberi apresiasi pertemuan ini. Namun ia tetap meminta ada tokoh atau partai politik yang menjadi oposisi untuk mengawasi pemerintahan, bukan mencari-cari kesalahan.

“Oposisi yang baik itu mengkritik sesuai konstruksinya apa yang perlu dikritik. Bukan mencari apa yang perlu dikritik dan mencari untung rugi memberikan kritik. Kritik yang diberikan sepenuhnya untuk membangun bangsa dan negara,” ujarnya.

Ia berharap, tidak semua partai di koalisi pendukung Prabowo masuk ke pemerintah. Menurut Gus Sholah, sapaan akrabnya, jika ada satu partai sebagai oposisi, partai itu tidak akan kuat. [gt]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita