Bela Prabowo, Rachmawati Sebut Paham Khilafah Ada di Lingkaran Jokowi

Bela Prabowo, Rachmawati Sebut Paham Khilafah Ada di Lingkaran Jokowi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Wakil Ketua Umum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Rachmawati Soekarnoputri gerah ketika kubunya seringkali dituduh sebagai pendukung gerakan khilafah.

Padahal menurutnya selama ini gerakan khilafah justru berada di lingkaran Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Rachmawati menyoroti soal tudingan kepada Prabowo yang seringkali disebut mendukung gerakan khilafah. Rachmawati menegaskan bahwa sudah tidak tepat apabila isu khilafah masih dibicarakan kepada kubunya karena orang yang dulunya merangkul pemikiran khilafah sudah ada di kubu Jokowi.

"Khilafah sudah selesai. Yang namanya pimpinan orang-orang yang katanya dulu mengadopsi atau merangkul pemikiran khilafah itu sudah ada di tempatnya di presiden Jokowi kok. Orangnya ada di situ kok," kata Rachmawati di kediamannya, Jalan Jati Padang Raya, Jakarta Selatan, Senin (13/5/2019).

Lagi pula, bukan persoalan khilafah lagi yang dipersoalkan oleh Rachmawati. Akan tetapi soal ideologi komunis yang menurutnya dijalankan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Kondisi bangsa yang disebut Rachmawati saat ini diwarnai dengan kemiskinan hingga ketidakadilan yang dilakukan pemerintah menjadi peluang masuknya ideologi komunisme.

"Ketidakadilan, kemiskinan, itu membuka peluang ideologi komunisme masuk di negara kita, bukan urusan khilafah di sini. Khilafah sudah selesai," ujarnya.

Rachmawati pun menyebut Megawati sebagai biang rusuh lantaran membiarkan kemiskinan hingga ketidakadilan di Indonesia menjadi ladang bagi penyebaran ideologi komunis. Dirinya pun meminta kepada Megawati untuk sadar diri bahwa apa yang dijalankan oleh pemerintah saat ini tidak sejalan dengan ajaran Presiden ke-1 RI Soekarno.

"Jadi jangan bicara Megawati tetap pancasila. Ketidakadilan, kemiskinan, pengangguran dan ini buah daripada amandemen menjadi demokrasi kita liberal kapitalistik," tuturnya. [sra]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita