Sudirman Said Ungkap Pertemuan Rahasia Jokowi dengan Bos Freeport

Sudirman Said Ungkap Pertemuan Rahasia Jokowi dengan Bos Freeport

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang saat ini menjadi anggota Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Sudirman Said, mengungkap pertemuan rahasia yang terjadi antara Presiden Joko Widodo dan bekas pimpinan pusat Freeport, Jim Moffet.

Pertemuan terjadi di tengah renegosiasi perpanjangan kontrak perusahaan yang menambang emas di Papua itu di Indonesia pada Oktober 2015.

"Saya ungkap ini karena ini hak publik untuk mengetahui di balik keputusan ini," ujar Said dalam diskusi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Februari 2019.

Menurut Said, pertemuan berlangsung tak terjadwal di agenda presiden yang disusun Sekretariat Negara pada 6 Oktober 2015. Said yang masih menjabat Menteri ESDM kala itu, diminta ajudan presiden untuk ke Istana Merdeka, Jakarta, pada pagi.

"Sebelum masuk ke ruang kerja, saya dibisiki oleh asisten pribadi presiden, (dikatakan) 'Pak menteri, pertemuan ini tidak ada.'," ujar Said.

Adapun, Said menyampaikan, Jokowi tanpa banyak berbasa-basi memintanya mempercepat proses renegosiasi kontrak Freeport.

"Kira-kira, (Jokowi menyampaikan) kita ini ingin menjaga kelangsungan investasilah," ujar Said.

Said dan Moffet lantas melanjutkan pertemuan di tempat lain. Moffet ternyata telah menyiapkan juga naskah surat perpanjangan dari kantor pusat Freeport. Said yang kaget, menolak untuk mengabulkan permintaan Moffet supaya surat perpanjangan kontrak Freeport memiliki redaksi yang sama dengan isi naskah.

"Saya tidak lakukan itu. Kamu (Moffet) katakan apa yang sudah didiskusikan dengan Presiden, dan saya akan buat draf yang lindungi kepentingan republik," ujar Said.

Said menyampaikan kembali, ia kemudian menemui lagi Jokowi usai jajarannya di Kementerian ESDM menyimpulkan naskah yang disiapkan Freeport tidak akan merugikan Indonesia. 

Jokowi juga kaget karena dalam redaksi surat, Freeport tidak menunjukkan keinginan yang benar-benar kuat supaya mayoritas saham Freeport Indonesia dimiliki mereka.

"Komentarnya Pak Presiden, Pak Presiden mengatakan, 'Lho kok begini saja (Freeport) sudah mau? Kalau mau lebih kuat lagi sebetulnya diberi saja'," ujar Said.

Meski demikian, Said menyampaikan, Freeport ternyata mengambil manfaat dari disetujuinya naskah yang mereka siapkan oleh Indonesia. Publikasi atas kesepakatan renegosiasi itu membuat saham Freeport di pasar modal Amerika menguat, dan keuntungan juga lebih banyak diperoleh mereka.

"Jadi, kalau saya disalahkan karena posisi negara semakin lemah, maka sebenarnya salahkanlah yang menyuruh saya menulis surat (kesepakatan renegosiasi saham Freeport) itu," ujar Said. [viva]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA