Pengamat: Gaya Menyerang Jokowi akibat Panik soal Elektabilitas

Pengamat: Gaya Menyerang Jokowi akibat Panik soal Elektabilitas

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai gaya menyerang calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi belakangan ini, dinilai sebagai bentuk kepanikan karena elektabilitas belum aman.

"Sebagai petahana, elektabilitas Jokowi minimal 60 persen biar aman. Sementara Jokowi masih 53 persen. Karena itu, Jokowi menggunakan strategi total football ala Barcelona," ujar Adi Prayitno kepada Tempo pada Ahad malam, 3 Februari 2019.

Menurut Prayitno, sebaik-baiknya strategi bertahan adalah menyerang untuk mengunci kemenangan. Kendati demikian, ujar dia, sebagai petahana, Jokowi mestinya fokus menjual kesuksesan kinerjanya selama 5 tahun.

Jokowi juga bisa mengkapitalisasi semua yang sedang dan telah dilakukan, seperti; pembangunan infrastruktur, dana desa, PKH, kartu Indonesia pintar, kartu indonesia sehat, dan seterusnya. "Bukan malah sibuk menyerang. Gaya frontal ini bukan khas Jokowi yang biasanya kalem dan datar," ujar dia.

Prayitno menilai, strategi menyerang ini sengaja didesain untuk mengerek elektabilitas Jokowi yang relatif stagnan. Namun, gaya ini dinilai merugikan, karena Jokowi tidak alamiah seperti biasanya, yakni yang jualan kerja dan cuek dengan gosip-gosip luaran. "Sebab, yang disukai dari Jokowi itu karena dia alamiah, apa adanya, dan tak suka menyerang."

Gaya menyerang Jokowi diperlihatkan sekurangnya dalam kampanye di Surabaya dan Semerang belum lama ini. Serangan itu dia tujukan kepada kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Masak saya diam terus? Saya suruh diam terus? Saya suruh sabar terus? Ya tidak dong," kata Jokowi saat ditanya wartawan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Ahad, 3 Februari 2019.

Tetapi Jokowi menyangkal telah melakukan serangan ke kubu lawan. Dia menyatakan hanya menyampaikan kenyataan. "Sekali-sekali dong."

Saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jokowi menanggapi beberapa pernyataan kontroversial yang diucapkan Prabowo, mulai dari prediksi Indonesia bubar, Indonesia dikhawatirkan seperti Haiti, hingga hoax Ratna Sarumpaet.

Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf mengklaim elektabilitas Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto masih terpaut 20,4 persen. Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto mengklaim, posisi mereka sudah cukup aman untuk saat ini. "Di sosial media, posisi kami bahkan mencapai 59,9 persen," ujar Hasto Kristiyanto saat ditemui di bilangan Menteng, Jakarta pada Selasa, 29 Januari 2019.

Survei TKN ini berbeda cukup jauh dengan survei internal Badan Pemenangan Prabowo-Sandi. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, yang juga adik kandung Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, mengklaim hasil survei internal BPN menemukan selisih elektabilitas antara Prabowo - Sandiaga tak lebih dari 11 persen dengan Jokowi - Ma'ruf. "Ada yang 5 sampai 7 persen, ada yang 6 sampai 10 persen, dan ada yang katakan 7 sampai 11 persen." [tco]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita