Ini Argumen Rocky Gerung untuk Sindir dan Skak Mati Pelapornya terkait Kitab Suci Fiksi

Ini Argumen Rocky Gerung untuk Sindir dan Skak Mati Pelapornya terkait Kitab Suci Fiksi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - ROCKY Gerung memiliki cara dan argumen sendiri untuk menyindir sekaligus menyekak mati  pelapornya terkait ucapan kitab suci fiksi.

Rocky Gerung mengeluarkan argumen itu dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) terbaru pada 5 Februari 2019.

Pelapor Rocky Gerung adalah Jack Boyd Lapian yang juga diberi kesempatan bicara dalam acara ILC terbaru tersebut.

Rocky Gerung memulai penjelasannya dengan menerangkan sebuah gambar besar di panggung ILC.

Gambar besar itu memperlihatkan Buni Yani dan Ahmad Dhani dengan sosok siluet di tengahnya.

"Itu saya mau balik pada gambar dibelakang sana. Rupanya siluet. insinuasinya itu siapa pihak ketiga," ucap Rocky Gerung.

"Sekarag saya bikin simulasinya supaya saya punya peralatan untuk bertengkar hari ini," kata Rocky Gerung.

"Jika ILC adalah forum anti pemerintah, maka siluet itu adalah Karni Ilyas," kata Rocky Gerung.

"Di dalam logika, itu namanya hubungan antara anteseden dan konsekuen," ucap Rocky Gerung.

"Kalo anda mau batalkan dalil saya, buktikan bahwa Karni Ilyas tidak layak untuk dilaporkan," kata Rocky Gerung.

"Bukan membatalkan antiseden saya, karena itu hak saya untuk membuat premis semacam itu," tambah Rocky Gerung.

"Bila Karni Ilyas anti pemerintah, bila ILC anti pemerintah, maka orang ketiga di tengah itu, siluet, adalah Karni Ilyas. Thats logic," ujar Rocky Gerung.

"Jadi kalo orang marah karena kalimat saya, itu artinya dia tidak mampu untuk berpikir konseptual," jelas Rocky Gerung

"Dan doni tadi benar, kan doni mau bilang begini, di dalam kasus yang melibatkan kerumitan pikiran, diperlukan abstraksi. Maka yang tidak cukup berpengetahuan, jangan jadi pelapor," ujar Rocky Gerung.

Mendengar kalimat itu, Jack Boyd Lapian, pelapor Rocky Gerung terkait kasus kitab suci fiksi terlihat tersenyum kecil mendengar kalimat Rocky Gerung.

"Loh itu doni (Narasumber di ILC) sendiri yang bilang, saya hanya teruskan logicnya," ujar Rocky Gerung.

"Saya cuman mau materialisasikan cara berpikir doni, kan itu kan. Kalau begitu dimana ini diuji, di tempatnya Doni, di Fakultas Ilmu Budaya. Di jurusan filsafat, di lantai 3, gedung A, tempat saya ngajar metodologi, pada saat itu Doni adalah asisten saya," beber Rocky Gerung.

Berikutnya Rocky Gerung menerangkan soal bahwa ucapan fiksi itu adalah sesuatu yang bagus.

"Bahkan ada pulitzer 2018, yang menang karya fiksi dikasih hadiah. ada 2 ya. Yang pertama adalah judulnya less, yang kedua idiots, yang menang adalah less. karena narasinya lebih bagus, logicnya lebih bagus," kata Rocky Gerung.

"Padahal kalau anda baca idiot, itu juga ada logika disitu, ada trauma kemanusiaan disitu tapi ada perjuangan," tambah Rocky Gerung.

"Jadi fiksi itu baik, dipertandingkan, dikasih hadiah fiksi kok. Jadi kita ada di dalam kekacauan, karena kita digoda untuk mencari delik. Itu soalnya tuh. Berupaya untuk kalau bisa dalam 2 detik saudara Rocky Gerung deliknya 3 kali itu," ucap pria yang gemar mendaki gunung itu.

"Nah itu kehangatan berwarganegara itu hilang. Jadi saya nguping tadi di twitter ujaran dari Fahri Hamzah. Memang jalan tol itu tidak mempersatukan, justru membelah keakraban warga negara," ucap Rocky Gerung.

Pembahasan Rocky Gerung soal jalan tol ini dipotong oleh Jack Boyd Lapian.

Jack Boyd Lapian menganggap hal itu tak nyambung dengan pembahasan mengenai kitab suci fiksi.

Berikutnya Rocky Gerung menyebut bahwa jika hendak melapor, sebaiknya membaca lebih dulu literatur dimana orang hidup dengan ketegangan, tapi hanya dalam rangka satire.

"Kalau ditanya neraka itu apa, kalau saya jawab neraka itu tambang batu bara karena panas, imajinasi saya itu. Orang 1000 tahun di belakang ngga tahu apa itu batu bara, makanya imajinasinya lain," ucap Rocky Gerung.

"Kalau saya tanya sama milenial 10 tahun ke depan ketika batubara habis, dia nggak bisa imajinasi tentang batubara. Neraka itu korslet listrik. Dia berhak berimajinasi," jelas Rocky Gerung.

"Kalau ada yang bilang neraka itu semacam gorong-gorong. Yah itu buruk, tapi biasa saja bagi mereka yang suka selfie di gorong-gorong," tambah Rocky Gerung.

"Jadi kita dibiasakan untuk pakai satire untuk menggambarkan keadaan," ujar Rocky Gerung.

"Jadi kalau kita mau belajar sedikit ilmu fisika, kita mau berimajinasi kapan katastrofi yang disebut kiamat itu tiba. jadi kalau kita bicara alam semesta berkembang. Maka saya bayangkan kalau surga itu adalah akhir dari alam semesta. bisa dihitun nggak, bisa secara matematik," ucap Rocky Gerung.

Tapi Rocky menambahkan hal itu tak bisa dihitung dengan peralatan hari ini.

Bocorkan Jawabannya ke Polisi 

Setelah itu barulah Rocky Gerung membocorkan apa yang ia jawab ketika polisi memeriksanya terkait kasus kitab suci fiksi.

"Jadi ngapain, kemarin saya sama haris, menjawab pertanyaan polisi, saya jawab konsep-konsepnya. Nah polisi harus cari tesaurus atau ensiklopedia lengkap, karena terangkan itu sebagai ukuran-ukuran  akademis," terang Rocky Gerung.

"Maka saya terangkan itu, saya buka logicnya tuh. Saya sebetulnya agak jengkel, karena kita berupaya bikin literasi makin bagus, karena tugas presiden adalah mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Rocky Gerung.

"Kalian menutup literasi itu, mengahalangi orang berabstraksi, menghalangi orang berimajinasi. Membatalkan fungsi fiksi. Nanti anak-anak ngga boleh baca fiksi lagi tuh," ucap Rocky Gerung.

"Jadi kekonyolan itu terjadi karena kekurang pengetahuan," ucap Rocky Gerung mengakhiri.

Di kolom komentar postingan akun youtube Indonesia Lawyers Club berjudul 'Cerdas! Rocky Gerung Klarifikasi & Jelaskan "Fiksi" ILC 5 Februari 2018', tampak banyak beberapa komentar negatif terhadap Jack Boyd Lapian.

Simak selengkapnya disini :

[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita