India Berencana Batasi 'Gerak' Toko Online Asing, RI Kapan?

India Berencana Batasi 'Gerak' Toko Online Asing, RI Kapan?

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - India telah merancang aturan baru untuk e-commerce (toko online) dalam rangka melindungi perusahaan domestik. Calon aturan ini berpotensi membatasi operasi perusahaan asing di negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di dunia tersebut.

Pemerintah India tampaknya akan mengikuti cara China yang berhasil memelihara perusahaan domestik dan menciptakan raksasa teknologi seperti Baidu, Alibaba, dan Tencent. China menerapkan pembatasan operasi untuk perusahaan teknologi asing.

Draft yang dipublikasikan Sabtu (23/2/2019), menyerukan agar data disimpan secara lokal dan menyiapkan lebih banyak pusat data serta server pertanian di dalam negara. Aturan ini tidak hanya akan memberikan dorongan untuk bisnis cloud di India tetapi akan mengarah pada penciptaan lapangan kerja lokal, menurut para pembuat kebijakan dalam dokumen itu, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (26/2/2019). 

Perusahaan asing diberi waktu 3 tahun untuk mempersiapkan atau membangun infrastruktur yang mereka butuhkan untuk mematuhi peraturan, yang dapat menambah biaya operasi mereka.

"Data India harus digunakan untuk pembangunan negara ini," tulis draft tersebut. "Warga dan perusahaan India harus mendapatkan manfaat ekonomi dari monetisasi data."

Perusahaan e-commerce asing juga harus menjadi entitas bisnis terdaftar di India agar dapat menjual barang di India, sesuai dengan rancangan peraturan. Dokumen setebal 41 halaman itu juga membahas masalah-masalah seperti penjualan barang palsu dan perlindungan konsumen. Perusahaan telah diundang untuk memberikan masukan dan pandangan rancangan kebijakan hingga 9 Maret.

Di India, perkembangan e-commerce masih dalam tahap awal bila dibandingkan dengan sektor ritel konvensional. Namun nilai pasarkan diperkirakan akan menembus US$200 miliar (Rp 2.800 triliun) pada tahun 2026 dari di bawah US$39 miliar pada tahun 2017. Kenaikan signifikan ini terutama didorong peningkatan pendapatan dan lonjakan pengguna internet, menurut sebuah lembaga riset Brand Equity Foundation.

Potensi pasar e-commerce India ini telah mengundang Amazon untuk masuk dan berinvestasi sebesar US$5 miliar dan Walmart mencaplok e-commerce lokal Flipkart seharga US$16 miliar. 

Namun pada Desember 2018, India memberlakukan batasan baru bagi investasi langsung oleh investor asing ke sektor e-commerce. Hal ini memaksa Amazon dan Flipkart yang dikuasai Walmart untuk merestrukturisasi operasi bisnis mereka demi mematuhi hukum.

"Kami sedang mempelajari rancangan kebijakan dan kami akan memberikan masukan selama periode tinjauan publik," kata juru bicara Amazon India kepada CNBC International. Flipkart tidak segera menanggapi permintaan komentar melalui email. [cnbc]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA