Sejumlah Siswa SMP di Garut Mengaku Dianiaya Kepala Sekolah saat Sholat

Sejumlah Siswa SMP di Garut Mengaku Dianiaya Kepala Sekolah saat Sholat

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Sejumlah orang tua mengancam melaporkan kepala sekolah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Baitul Hikmah di Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), karena diduga telah menganiaya siswanya. Dugaan penganiayaan itu berlangsung saat sekolah sedang melaksanakan Salat Dhuha.

Perwakilan dari orang tua siswa korban penganiayaan, Pipit Angraeni (46) mengatakan, mereka tidak terima anak-anaknya menjadi korban penganiayaan kepala sekolah.

“Saya enggak terima, makanya mau lanjut lapor ke polisi,” kata Pipit saat mendatangi sekolah Baitul Hikmah didampingi Kapolsek Tarogong Kaler Iptu Tito Bintoro, Sabtu (5/1/2019).

Dia mengetahui aksi penganiayaan itu berawal dari ketika melihat kondisi anaknya yang mengalami luka di bagian pelipis. Mulanya dia curiga anaknya berkelahi. Namun belakangan diketahui anaknya terluka karena kepala sekolah diduga sengaja membenturkan kepalanya dengan kepala siswa lainnya saat Saat Dhuha.

“Dikasih tahu temannya, kalau kepala anak saya diadu-adu sama kepala sekolah,” kata Pipit.

Menurut Pipit, kasus kekerasan di sekolah tersebut bukan yang pertama kali. Sejumlah siswa lain mengalami hal serupa pernah menjadi korban kekerasan kepala sekolah.

Seorang siswa yang menjadi korban penganiayaan kepala sekolah, berinisial SO, mengaku dianiaya oleh kepala sekolah pada Jumat (4/1/2019) pagi. Awalnya, kepala sekolah menyangka dia bercanda saat kegiatan Salat Dhuha.

“Kepala sekolah yang lihat lalu menggesek-gesekkan kepala teman-teman dan saya,” katanya.

Selain SO, korban lain berinisial RG mengalami hal serupa, tetapi tidak sampai terluka. Namun perbuatan kasar kepala sekolahnya itu pernah dilakukan kepada siswa lainnya. “Kadang disuruh push up, digampar, terus suka lempar-lempar kursi,” katanya.

Sementara Kepala SMP Baitul Hikmah, Sultan Pahad mengatakan, tidak ada unsur kesengajaan dalam perbuatannya itu. Dia hanya memberikan teguran saat kegiatan salawatan di masjid sekolah. “Kejadiannya ketika kita bersalawat di masjid di antara anak itu bercanda,” katanya.

Menurut dia, anak yang mengalami luka di pelipis itu memang tidak terlihat bercanda, cuma posisinya berada di antara siswa yang sedang bercanda. Sebelumnya dia juga tidak mengetahui anak didiknya berdarah di bagian pelipis dan akhirnya dibawa untuk diobati.

Dia berharap persoalan anak didiknya itu dapat diselesaikan secara kekeluargaan karena tidak ada unsur kesengajaan. “Insya Allah semuanya bisa lebih baik,” katanya.

Sementara Kapolsek Tarogong Kaler Iptu Tito membenarkan adanya keluhan para orang tua tentang anaknya yang diduga menjadi korban penganiayaan kepala sekolah. “Kami masih melakukan pertemuan untuk langkah-langkah selanjutnya bagaimana, mau dilaporkan atau kekeluargaan,” katanya. [IN]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita