Pidato Berapi-api Jokowi Disahut Sandiaga

Pidato Berapi-api Jokowi Disahut Sandiaga

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Capres petahana Joko Widodo (Jokowi) berpidato berapi-api saat menghadiri deklarasi dukungan dari sejumlah alumni universitas kemarin. Jokowi menegaskan pentingnya pengalaman di pemerintahan, jika tak ada menurutnya jangan coba-coba. 

Awalnya, Jokowi menceritakan pengalamannya memimpin Kota Solo saat menjadi wali kota. Jokowi di awal pemerintahannya sempat terkaget karena manajemen pemerintahan berbeda dengan dunia usaha. Ia butuh waktu 1,5 tahun untuk 'nyetel'.

"Saya banyak terkaget-kaget, saya harus banyak belajar, saya di awal betul-betul pusing karena belum memiliki pengalaman di pemerintahan. Itu yang saya sampaikan di awal lagi, diperlukan pengalaman dalam pemerintah. Apalagi sebuah negara yang besar, seperti Indonesia ini. Jangan coba-coba dong," ujar Jokowi dalam acara deklarasi alumni sejumlah universitas di Plaza Tenggara GBK Senayan, Jakarta, Sabtu (12/1).

Jokowi lalu menceritakannya pengalamannya memimpin periode keduanya di Solo, Jokowi sudah menemukan ritme bekerja. Saat itu ia mendapat suara di atas 90 persen. Pengalaman berikutnya, Jokowi 'naik kelas' menjajal Pilgub DKI 2012. Jokowi menang dan menjadi gubernur sampai 2014. 

Kemudian Jokowi mencoba maju Pilpres 2014 berbekal pengalamannya memimpin Solo dan Jakarta. Jokowi lalu berbicara pentingnya pengalaman dalam pengelolaan negara. 

"Karena saya memiliki basic pengalaman di kota, basic di provinsi, waktu masuk lingkup pengelolaan negara, saya biasa-biasa saja karena memiliki pengalaman. Itulah yang dinamakan begitu pentingnya pengalaman dalam pemerintahan," ujar Jokowi.

"Di kota, saya perlu 1,5 sampai 2 tahun untuk belajar, apalagi belum punya pengalaman langsung mengelola negara. Butuh waktu berapa tahun, pertanyaan saya?" tanya dia.

Dalam acara itu, Jokowi juga menegaskan dia tak ingin Indonesia bubar dan punah. Dengan tegas, Jokowi tak ingin ada WNI yang mengatakan Indoonesia akan bubar dan punah.

"Kita harus optimis, kita harus optimis, kita harus optimis, jangan sampai ada pesimisme di antara kita. Jangan sampai ada yang bilang Indonesia bubar, nggak ada! Jangan sampai ada yang bilang Indonesia punah, tidak ada! Tidak ada, tidak ada, saya katakan tidak ada," ujar Jokowi.

Selain itu, Capres nomor urut 01 itu juga jengkel terhadap narasi-narasi yang justru membangun pesimisme. Jokowi menekankan semua pihak untuk membangun optimisme, dan mau bersama-sama menghadapi hambatan.

"Kita harus optimis, kita harus optimis, kita harus optimis. Saya kadang jengkel dan marah untuk hal-hal seperti itu. Bagaimana negara sebesar Indonesia ini, kita tidak bangun optimisme, kita tidak bangun optimisme, kita tidak bangun optimisme?" ujar Jokowi.

Jokowi juga menyampaikan sejumlah topik dengan berapi-api. Dia begitu semangat saat menepis tudingan yang menyebut dia antek asing.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan pemerintah saat ini sudah bekerja prorakyat. Buktinya, pemerintah berhasil mengambil alih Blok Mahakam dan merebut 51% saham PT Freeport Indonesia.

"Presiden Jokowi isu-isunya banyak di bawah. Mungkin di sini tidak ada, tetapi Presiden Jokowi diisukan antek asing, antek asing, antek asing. Saya ingin menyampaikan, yang namanya Blok Mahakam 100 persen dikelola Pertamina yang sebelumnya dikelola Jepang dan Prancis," tegas Jokowi.

Terkait pidato Jokowi, cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno mengaku heran terhadap pernyataan itu. Ia mempertanyakan isi pidato tersebut yang seolah-olah tak boleh mencalonkan diri jika belum memiliki pengalaman pemerintahan. 

"Biar masyarakat yang menilai. Akan sangat aneh kalau ada pernyataan tidak boleh mencalonkan diri kalau belum memimpin negara, berarti hanya presiden sebelumnya. Sementara Pak SBY sudah memimpin dua kali," ujar Sandiaga di Lokbin Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (13/1).

Menurut Sandiaga, yang dibutuhkan rakyat adalah pemimpin yang bisa menghadirkan solusi dari permasalahan bangsa. Hal itu, kata dia, tidak ditunjukkan oleh pemerintahan Jokowi. 

"Ini tentunya harapan dari masyarakat bahwa ada pemimpin yang bisa menghadirkan solusi bagi kehidupan sehari-hari. Terbukti pemerintahan yang sekarang walau sudah bekerja keras masih menyisakan begitu banyak permasalahan," kata dia.

Eks Wagub DKI Jakarta itu mengatakan selama ini pemerintah tidak sanggup menyelesaikan permasalahan bangsa yang selama ini ada. Oleh sebab itu, dia bersama Prabowo Subianto maju di Pilpres 2019 untuk menuntaskan hal itu. 

"Kami mencalonkan diri sebagai bentuk dari demokrasi. Karena kami merasa terpanggil dan Indonesia bisa menang. Negeri yang kaya raya ini, sumber daya yang melimpah, SDM-nya hebat-hebat, pintar-pintar tapi kok belum ada keadilan yang merata, yang dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan," pungkas Sandiaga. [dtk]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA