Tsunami Selat Sunda Bukan Yang Terakhir

Tsunami Selat Sunda Bukan Yang Terakhir

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Tsunami selat sunda bukan yang terakhir. Hal itu didasari dari penelitian para ahli, paling tidak ada dua ancaman lagi.

Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Andi Arief, sesaat lalu (Senin, 24/12).

"Dua hal itu yakni pertama, tsunami atas erupsi besar Gunung Anak Krakatau. Kedua, tsunami akibat gempa megathrust Selat Sunda, bahkan efek getaran gempa bisa merusak Jakarta," tambah Andi.

Selain selat sunda, sambung Andi, daerah yang sudah masuk siklusnya adalah megathrust Mentawai, Selatan jawa, Bali dan sejumlah subduksi di Indonesia Timur. Hanya kesiapsiagaan Mentawai yang lebih terorganisir persiapannya.

"Tuhan dan alam biasanya memberi tanda, tidak ada bencana besar tanpa didahului oleh bencana-bencana kecil. Alam bersuara, ilmu pengetahuan harus bisa menjawabnya. Jangan ribut soal bencana hanya di saat datangnya bencana," ungkap Andi.

Menurut Andi, sepanjang yang diketahui manusia saat ini, tsunami datang karena gempa besar subduksi dan longsoran vulkanik. "Tetapi, apakah hanya itu penyebabya? Manusia baru sebatas dua itu pengetahuannya," sergah Andi.

Andi pun menyatakan BMKG dan BNPB adalah dua otoritas yang fungsinya berjalan saat bencana datang dan sesudahnya. 

"BMKG merekam kejadian dan menyebarkannya dan BNPB menanggulanginya. Lalu siapa yang mengatur mitigasi? Kita harus memperbaiki dari kepeminpinan intelektualnya berupa lembaga-lembaga penelitian," tutur Andi

Pemerintah Jepang, cerita Andi, setiap gagal mengantisipasi datangnya bencana terutama karena gempa, tsunami, dan Gunung api, selalu menjawabnya dengan pembentukan lembaga riset baru. 

"Inti mitigasi adalah mengetahui jenis bencananya," demikian Andi. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita