Penolak Reuni 212 Makin Keok, Data Ini Tak Terbantahkan

Penolak Reuni 212 Makin Keok, Data Ini Tak Terbantahkan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Penolakan terhadap gerakan 212 berlangsung selama 3 tahun dari 2016 sampai 2018. Jika dibandingkan dengan penolak pada 2017, jumlah penolak gerakan 212 di tahun 2018 makin turun drastis.

Fakta inilah yang disampaikan oleh Ismail Fahmi melalui pengamatan drone emprit miliknya. Data yang teliti, kuat, dan tak terbantahkan.

"Peta SNA pada tahun 2017 memperlihatkan adanya dua cluster yang hampir sama besarnya." kata Ismail, Senin (3/12/18).

Kubu Pro 212 vs Kontra 212 tahun 2017 (masih imbang)

Ismail pun menyebutkan sejumlah akun yang berada di kubu pro 212 dan kontra reuni 212 yang hampir sama besar dan banyak pada tahun 2017.

Akan tetapi, kondisinya berubah drastis pada tahun 2018. Jumlah pro 212 kian tak terbendung dan kontra 212 menurun drastis.

"Peta SNA untuk tahun 2018 memperlihatkan kondisi yang jauh berbeda. Hanya ada satu cluster besar dari kubu Pro Reuni 212, dan satu cluster kecil dari kubu Kontra. Influencer dan buzzer dari kubu Pro 212 saat ini jauh lebih besar di banding pada tahun sebelumnya. Ada peningkatan yang sangat signifikan dalam kekuatan cyber mereka. Sementara itu di kubu Kontra, hanya ada beberapa influencer dari tahun sebelumnya yang masih aktif." lanjut lulusan ITB, Bandung ini.

Menurut Ismail, penurunan kubu kontra 212 ini bisa disebabkan karena mereka sudah tidak memprioritaskan penolakan terhadap reuni 212 atau memang kekuatan yang semakin kecil.

"Apapun penyebabnya, dari data ini kita bisa lihat bahwa perlawanan terhadap Reuni 212 tahun 2018 ini sudah sangat kecil di dunia maya." simpul Ismail.

Pro 212 vs Kontra 212 tahun 2018

Pada tahun 2017, lanjut Islmail, jumlah retweet sebanyak 32k dan 232k retweet pada 2018 untuk pro 212.

"Ini merupakan peningkatan yang luar biasa. Antusiasme publik yang tertangkap di media sosial Twitter ini merupakan aset tersendiri yang harus dipertimbangkan oleh lawan jika aksi ini kelak diarahkan pada tujuan politik tertentu." terangnya.

Ismail juga menjelaskan, ajang reuni 212 ini bisa saja digunakan sebagai ajang unjuk kekuatan yang tak boleh diabaikan. [tbw]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA