Pemerintah China Tutup Sekolah-Sekolah Islam, Alasannya Mengganggu Kesuburan Komunis

Pemerintah China Tutup Sekolah-Sekolah Islam, Alasannya Mengganggu Kesuburan Komunis

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Kebijakan pembatasan kegiatan ke-Islaman di China tak hanya berlaku di daerah otonomi Xinjiang Uighur, tapi juga daerah lain. Ini sebagai respons untuk membendung paham yang berpotensi mengganggu suburnya komunis.

Pemerintah Provinsi Gansu akan menutup segera sekolah Islam berbahasa Arab. Padahal sekolah itu sudah berusia 34 tahun dan punya peran besar mengentaskan kemiskinan.

Sekolah Bahasa Arab Pingliang yang didirikan untuk siswa tidak mampu sudah menerima pemberitahuan dari dinas pendidikan kota untuk menghentikan aktivitas mulai 17 Desember. Institusi yang menerapkan sistem boarding school itu diperintahkan memulangkan 200 siswa dan 20 guru.

Namun para pejabat kota punya alasan lain, tidak menggunakan alasan kegiatan keagamaan, yakni sekolah tidak memiliki izin operasional. Anehnya, meskipun alasannya karena tidak ada izin, pemerintah baru menutup sekolah saat ini, padahal sudah beroperasi sejak 1984.

Pingliang merupakan kota kecil di perbatasan antara Gansu dan Provinsi Shaanxi, salah satu daerah termiskin di China.

"Tampaknya para pejabat tidak tertarik untuk berbicara kepada kami sama sekali," kata seorang guru yang meminta namanya dirahasiakan, dikutip dari South China Morning Post, Minggu (9/12/2018).

Dalam upaya menyelamatkan sekolah agar tak jadi ditutup, pekan lalu para guru menbuat petisi berisi lebih dari 1.000 tanda tangan yang kemudian dikirim dinas pendidikan kota.

“Siswa kami semuanya berasal dari keluarga sangat miskin. Dengan sekolah bahasa, banyak lulusan kami mendapat pekerjaan seperti menjadi penerjemah untuk para pedagang Timur Tengah yang berbisnis di provinsi-provinsi seperti Guangdong. Jika sekolah ditutup, mereka pasti putus sekolah," kata guru itu.

Kebijakan menutup sekolah-sekolah bahasa Arab merupakan dampak dari ditingkatkannya kontrol atas wilayah-wilayah berpenduduk muslim terbesar oleh pemerintahan China.

Presiden Xi Jinping ingin kalangan keagamaan, termasuk Budha dan Kristen, membaur dengan nilai-nilai budaya sosialis. Dorongan ini merupakan dampak dari kekhawatiran pemerintah atas perkembangan agama Islam dan Kristen.

Jumlah penganut Islam di China tak lebih dari 2 persen dari populasi China atau sekitar 22 juta orang. Ada 10 kelompok etnis yang didominasi muslim, di antaranya Hui, kelompok etnis yang terkait erat dengan mayoritas penduduk Han. Sebagian besar dari mereka tinggal di wilayah otonomi Ningxia Hui serta provinsi Gansu, Qinghai, dan Yunnan.

Selain itu, suku lain yang penduduknya menganut Islam adalah Uighur. Kelompok yang tinggal di Xinjiang ini menggunakan bahasa Turki. Berbeda dengan Uighur, muslim Hui lebih beruntung karena dapat menikmati kebebasan beragama. Mereka diperbolehkan mengenakan topi putih dan jilbab layaknya muslim.

Pemerintah Xinjiang mengontrol ketat muslim Uighur, termasuk mengawasi orang asing yang berkunjung ke wilayah mereka. Panel HAM PBB baru-baru ini merilis laporan bahwa China menahan lebih dari 1 juta muslim Uighur di kamp-kamp. [inw]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita