Timses Prabowo-Sandi Keluhkan tvOne yang Mengundangnya jadi Narasumber: Bahas Apalagi Sih Ini

Timses Prabowo-Sandi Keluhkan tvOne yang Mengundangnya jadi Narasumber: Bahas Apalagi Sih Ini

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Politisi Gerindra yang juga Tim Sukses (Timses) pasangan calon presiden (capres) cawapres Prabowo -Sandiaga, Ferry Juliantono mengeluhkan pihak stasiun televisi, TV One, yang dianggap sering menggoreng-goreng isu.

Hal itu diungkapkan Ferry Juliantono saat menjadi narasumber di Program Apa Kabar Indonesia Malam, Jumat (23/11/2018).

Pada pembahasan kali itu, Ferry diundang untuk menanggapi soal polemik Yerusalem yang pernah diucapkan Prabowo.

Mulanya, pembawa acara Chacha Annissa bertanya pada Ferry terkait pernyataan Prabowo soal pemindahan kedutaan Australia ke Yerusalem.

"Saya ingin bertanya terlebih dahulu supaya tidak salah presepsi nih Bang Ferry, sebenarnya pernyataan Pak Prabowo terkait sikap Australia ingin memindahkan Australia sebenarnya apa sih? karena merasa ada yang berbeda dari pernyataan Pak Prabowo," tanya Chacha.

• Prabowo Mengaku Didatangi Para Elit yang Bilang Takut Berikan Dukungan secara Terbuka karena Diancam

Menjawab hal tersebut, Ferry mengeluhkan dirinya yang kembali diundang lagi untuk pembahasan capres yang diusungnya.

"Saya tadi dari, waktu diundang ke TVOne untuk membahas ini dalam hati saya ini bahas apalagi sih nih," kata Ferry sambil tertawa pada Chacha.

"Oke gapapa," jawab Chacha.

Ferry menganggap Tv One suka menggoreng isu-isu menjadi lebih besar.

"Seneng banget goreng-goreng gitu loh maksudnya apa gitu loh," tambah Ferry.

"Kan ada yang dikeluarkan pernyataannya (Prabowo)," jawab Chacha menjawab pernyataan dari politisi Gerindra tersebut.

Namun, walaupun mengeluhkan hal tersebut, Ferry mencoba meluruskan soal polemik pernyataan Prabowo soal pemindahan kedutaan.

"Jadi menurut saya ini yang harus diluruskan agar tidak menimbulkan presepsi yang salah, trus dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu, jadi saya bacakan ini cuplikan transkripnya," katanya.

Ferry memulai dengan memberikan transkrip pertanyaan yang dilontarkan wartawan pada Prabowo dan jawaban dari Prabowo atas pertanyaan tersebut.

"Pertanyaannya, dengan latar belakang militer anda bagaimana menurut anda soal dukungan Australia terhadap rencana Amerika Serikat membangun pelabuhan militer di Papua Nugini? nah haruskan Indonesia memberi perhatian khusus? Bagaimana pula tanggapan anda soal rencana Australia memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem?," jelasnya.

"Nah itu pertanyaan gitu tuh, kemudian Pak Prabowo bilang, PNG (Papua New Guinea) sangat dekat dengan Australia secara tradisional, jadi itu urusan PNG, Australia dan Amerika Serikat itu kaitannya dengan PNG, saya tidak melihat itu menjadi masalah bagi Indonesia," lanjut Ferry.

"Jadi pernyataan Pak Prabowo itu tidak menjadi masalah itu dalam konteks menjawab wartawan soal Papua New Guinea," tambahnya.

Lalu, soal pemindahan kedutaan, Prabowo menjawab bahwa dirinya belum membaca soal hal itu secara langsung.

Namun, sebagai negara independen, Indonesia mestinya menghormati kedaulatan tersebut.

"Soal pemindahan kedutaan? saya belum membaca soal Australia memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, kita sebagai pendukung Palestina kita tentu punya pendapat sendiri, tapi Australia juga negara independent jadi kita menghormati kedaulatan tersebut, tapi beliau menyayangkan kalau itu benar," tambahnya.

Lihat videonya:


Sebelumnya, diberitakan dari The Guardian, rencana Australia untuk memindahkan Kedubesnya ke Yerusalem menuai sejumlah protes dari negara-negara Timur Tengah, Afrika Utara dan Indonesia, Kamis (18/10/2018).

Mereka meminta Pemerintah Australia untuk meninjau kembali rencana tersebut.

Badan Intelejen Australia, Asio, juga telah memperingatkan Pemerintah Australia bahwa rencana mereka ini bisa menimbulkan gejolak perdamaian dunia, termasuk konflik di Gaza.

Rencana ini juga mendapat sorotan dari Mantan Perdana Menteri Australia, Barnaby Joyce, yang menyebut Pemerintah Australia harus berhati-hati untuk tak merusak hubungan dagang dengan negara-negara Timur Tengah dan Indonesia.

Kendati demikian, Perdana Menteri Australia Scott Morrison, mempertahankan argumennya terkait rencana ini.

Ia mengaku publik Australia peduli terkait masalah ini, namun mereka juga ingin negaranya memiliki pendirian soal kebijakan luar negeri.

"Kita tidak bisa dipengaruhi oleh negara lain di dunia tentang pandangan kita. Saya pikir hal ini penting bagi kedaulatan Australia," tutur Morrison kepada Nine Network. [wow]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA